Liputan6.com, Jakarta Calon presiden (capres) nomor urut satu, Anies Baswedan, bercerita mengenai pengalamannya membangun kesamaan hak dalam beragama selama memimpin Ibu Kota Jakarta. Menurut Anies, dalam hal itu diperlukan prinsip keadilan dan kesetaraan.
"Kami sampaikan bahwa selama kami bertugas di Jakarta, prinsip yang kami pegang adalah prinsip keadilan, kesetaraan. Semua fasilitas yang disiapkan setara untuk semua, dari mulai berbicara pembiayaan bagaimana waktu itu ada program BOTI (Bantuan Operasional Tempat Ibadah)," kata Anies Baswedan di GBI Mawar Sharon, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (30/11/2023).
Baca Juga
Anies menjelaskan, seluruh fasilitas itu diberikan kepada semua tempat ibadah, semua agama yang ada di Jakarta. Dia menyebut, fasilitas itu juga diberikan untuk semua pekerja di rumah-rumah ibadah.
Advertisement
Kemudian, kata Anies, perayaan-perayaan hari besar keagamaan di Jakarta juga disetarakan.
Oleh karena itu, Anies menyatakan, kebijakan yang sama akan diterapkan bila terpilih sebagai presiden di pilpres 2024.
"Ini juga semangat yang akan kami bawa ke tingkat nasional, supaya kerukunan kedamaian itu ditopang dengan rasa keadilan," kata Anies.
Anies menilai, persatuan yang ditopang oleh rasa keadilan dan perlindungan untuk semua dan dilindungi oleh negara adalah arti persatuan sesungguhnya.
Menurut Anies, keadilan adalah memandang warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perlindungan yang sama.
"Lima tahun di Jakarta kemarin adalah lima tahun yang teduh, damai dan tenang, itu karena kerja-kerja bersama yang luar biasa," kata Anies.
Anies menuturkan, saat menjabat gubernur DKI Jakarta, telah berhasil mengeksekusi aturan yang sama untuk mengatasi polemik agama tanpa perlu mengubah aturannya. Kata Anies, yang terpenting ialah menjaga komunikasi antarumat beragama agar suasana tetap damai.
"Nah pengalaman kami di Jakarta kita tak ubah aturan hukumnya. Sama sekali. Kita bekerja dengan aturan yang sama dan bisa dilaksanakan. Jadi perlu ada kematangan untuk kelola, komunikasi agar suasana tenang teduh itu terjadi," kata Anies.
"Apa pun regulasi yang dimiliki kalau dalam pelaksanaannya tidak dijalankan dengan baik, tak otomatis selesaikan masalah. Justru pengalaman di Jakarta paling penting komunikasi," sambung dia.
Anies: Kebebasan Berpendapat Harus Dijaga
Saat menghadiri acara Desak Anies yang digelar di Bandung, Jawa Barat (29/11/2023), Anies menyinggung terkait kebebasan berpendapat. Menurut Anies, penyampaian pendapat tak harus dibarengi dengan rasa takut.
"Kalau bahasanya Gus Imin, 'Ga bahaya ta?'. Gini, saya melihat kebebasan berpendapat, kebebasan berdialog itu harus dijaga. Kenapa saya mau dateng acara gini? Karena saya ingin berdialog, ingin berdiskusi dan jangan sampai ada rasa takut untuk mengungkapkan pendapat di negeri ini. Ini negeri merdeka yang tidak boleh ada rasa takut," kata Anies Baswedan.
Anies menilai, banyak aturan saat ini yang membuat masyarakat takut untuk menyampaikan pendapat atau kritik kepada pemerintah. Anies menyebut, hal ini menyebabkan kritik dilontarkan masyarakat dengan istilah-istilah.
"Menurut saya itu harus hilang, dan menurut saya kita harus kembalikan aturan-aturan yang membuat orang punya rasa takut harus hilang," ujar Anies.
Menurut Anies, jika ada rasa merdeka dalam berpendapat, maka akan ada kecerdasan dalam berdialog. Pendapat, kata dia, akan bisa disampaikan secara terus terang.
Capres yang diusung Nasdem, PKB dan PKS itu menuturkan, tidak ada kritik yang membangun. Kritik, kata Anies harus dibiarkan apa adanya.
"Jangan sampai ada rasa takut untuk mengungkapkan dan tidak boleh kita bilang kritik yang membangun, karena kritik ya kritik aja, membangun ya membangun aja, enggak apa-apa lah," ucap dia.
"Kritik-kritik saja karena urusan membangun yang dikritik, yang mengkritik kan tugasnya mengamati," pungkas Anies.
Advertisement
Cak Imin: Anies Difitnah Politik Identitas, Difitnah Radikal
Calon Wakil Presiden nomor urut satu, Muhaimin Iskandar mengatakan, Calon Presiden Anies Baswedan banyak difitnah. Bahkan, karena fitnah-fitnah itu, politikus yang akrab disapa Cak Imin sulit untuk menemui Anies.
Cak Imin mengatakan, Anies merupakan teman lama ketika masih kuliah. Kemudian terpisah karena Anies ke Amerika, jadi dosen sampai rektor.
Kemudian, keduanya bertemu kembali saat menjadi menteri di periode pertama Presiden Joko Widodo. Kemudian ketika Anies jadi gubernur DKI Jakarta, keduanya kembali terpisah.
Saat terpisah itu, Cak Imin sulit menemui Anies. Karena beragam fitnah kepada Anies Baswedan.
"Setelah pisah, kita mau ketemu saja susah, mau ketemu difitnah. Mas Anies difitnah politik identitas, Mas Anies difitnah radikal," katanya saat konsolidasi caleg PKB di Ancol, Rabu (29/11). Pada kesempatan ini Anies juga satu panggung bersama Cak Imin.
Menurut Cak Imin, fitnah-fitnah itu adalah ujian untuk menempa Anies menjadi pemimpin nasional. Tidak ada permata mengkilap tanpa diasah.
"Itu semua dalam rangka apa? Dalam rangka membuat Mas Anies tumbuh jadi pemimpin nasional. Semua fitnah dan tempaan itu dilakukan, tapi jangan khawatir, tidak ada permata yang tumbuh tanpa diasah. Tidak ada permata yang mengkilat tanpa diasah oleh zamannya," ujar ketua umum PKB ini.
"Mas Anies ditempa oleh zaman dan tak terbendung kilatan kepemimpinannya," sambungnya.
Cak Imin: Akal Sehat Pasti Pilih Anies-Muhaimin
Cak Imin mengaku siap bersaksi bahwa kilatan kepemimpinan Anies tidak terbendung. Ia berani membandingkan Anies dengan dua calon presiden lainnya, yaitu Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Wakil ketua DPR ini mengatakan, jawaban akal sehat pasti akan memilih pasangan AMIN.
"Silakan tiga capres dijejerkan, diadu otaknya, diadu pemikiranya, diadu gagasannya, diadu pengalamannya, jawabannya pasti muncul akal sehat pasti memilih AMIN, akal sehat akan menentukan pilihannya pada Anies Baswedan," ujar Cak Imin.
Advertisement