Sukses

Lembaga Survei Dinilai Belum Rilis Realitas Temuan di Lapangan

Ikrar menduga ada pihak-pihak yang mengintervensi secara tak langsung terhadap survei, dalam tataran teknisnya. Sehingga hasil survei itu sesuai dengan keinginan untuk mengunggulkan calon tertentu.

 

Liputan6.com, Jakarta - Hampir dua bulan menjelang pemungutan suara di Pilpres 2024, elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) tampak tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Mayoritas lembaga survei yang merilis hasil surveinya sepanjang November 2023 ini, masih memperlihatkan keunggulan pasangan Prabowo-Gibran. Meskipun ada juga lembaga survei yang hasilnya sesuai dengan temuan di lapangan, namun belum mengumumkan hasil surveinya kepada masyarakat. 

Menanggapi hal tersebut, Pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti menduga survei-survei tentang elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden itu memang didesain untuk mengunggulkan calon tertentu.

"Pertama, memang ada lembaga-lembaga survei yang diminta untuk mengunggulkan pasangan tertentu," ungkap Ikrar di Jakarta, Selasa, 5 Desember 2023.

Ikrar juga menduga ada pihak-pihak yang mengintervensi secara tak langsung terhadap survei, dalam tataran teknisnya. Sehingga hasil survei itu sesuai dengan keinginan untuk mengunggulkan calon tertentu.

"Misalnya, ketika si pemesan sudah mengetahui daerah mana saja yang akan menjadi sampel survei lembaga tertentu, maka di daerah-daerah itu akan diturunkan para pelaku lapangan untuk memberikan bantuan," ungkapnya.

"Ketika hampir semua lembaga survei menunjukkan hasil serupa dengan dukungan data yang tampak akurat,  para pemilih kemungkinan akan terpengaruh dalam menentukan pilihannya," imbuh Ikrar.

 

Peneliti dari Pusat Study Transformasi Sosial dan Pembangunan Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo sebelumnya juga mempertanyakan tingkat akurasi hasil survei Pilpres 2024 yang banyak bermunculan saat ini.

Menurutnya, sejumlah hasil survei yang dipublikasikan jauh dari realitas pendapat publik selama ini.

Misal, ada kandidat dari Jakarta. Selama ini mereka sangat jarang hadir di Jatim, tapi hasil survei elektabilitasnya tinggi. Ini rasanya tidak masuk akal," ujarnya, Kamis (19/10/2023).

 

2 dari 2 halaman

Strategi Raih Simpati Publik

Suko menilai bahwa hasil survei itu digunakan sebagai strategi kampanye untuk meraih simpati publik.

Karenanya, Suko mengingatkan agar publik berhati hati dan jangan mudah terbedaya, apalagi jika hasilnya sangat ekstrem.

"Selama ini masih banyak suara yang tersembunyi yang belum diekspresikan warga. Kekuatan tersembunyi itulah yang akan sangat menentukan arah politik," ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Bramantyo dari Kolokium.id, sebuah lembaga riset digital di bidang pemilu. Menurut Bram, banyak hasil survei Pilpres 2024 yang tak masuk akal dan tidak sesuai dengan realitas.

“Perang hasil survei juga terjadi dalam dunia digital. Banyak hasil meragukan disebar melalui media digital," ujarnya.

Maraknya hasil survei tersebut bisa mengaburkan opini orisinil warga masyarakat. Bahkan mengaburkan kebenaran pendapat masyarakat.

“Cara itu bisa menyesatkan publik," ucap Bram.