Liputan6.com, Jakarta - Ketua Badan Pengembangan Inovasi Strategis Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) non aktif, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid, menghadiri Pembukaan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama tahun 2024 dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama, Senin (29/1/2024).
Dalam acara ini, Yenny berharap agar NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia bisa menjadi menjadi kekuatan yang dapat menyatukan bangsa ini. Terutama ketika nanti ada permasalahan berkaitan dengan Pilpres 2024.
Baca Juga
"Untuk itu netralitas NU sangat diperlukan. Karena NU ini usianya jauh lebih tua dari usia Republik Indonesia. Sehingga kehadirannya betul-betul ditunjukan untuk menjaga suhu di masyarakat agar tetap rukun, damai dan tetap aman," kata Yenny dalam keterangan tertulis, Senin (29/1/2024)..
Advertisement
"Jadi kita berharap NU bisa menjaga netralitasnya, para kiai terjaga marwahnya, kehormatannya dengan cara menjadi pengayom semua paslon. Itu yang kita harapkan," tambah Yenny.
Â
NU Tidak Boleh Digunakan sebagai Alat Konsolidasi Politik
Direktur Wahid Foundation mengaku, sangat setuju dengan semangat yang dibawa Nahdiyin Nusantara yang mengingatkan semua tokoh-tokoh NU yang ada dalam struktur kepengurusan untuk selalu berkhidmat pada jam'iyah dan jamaah.
"Organisasi harus dijaga netralitasnya, tidak boleh digunakan sebagai alat konsolidasi politik. NU sekali lagi adalah organisasi yang sangat tua usianya dan dari dulu independen, selalu mandiri dan tidak bergantung pada siapapun," pungkasnya.
Diketahui, Yenny telah cuti dari jabatannya sebagai Ketua Badan Pengembangan Inovasi Strategis Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Hal ini dilakukan karena dirinya telah menjadi Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud pada kontestasi Pilpres 2024.
Advertisement