Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara TPN Ganjar-Mahfud Roby Muhamad mengatakan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo siap mengadapi debat terakhir yang mengusung tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.
"Selama 10 tahun menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, isu-isu yang menjadi tema debat ini sudah ditangani dan dihadapi oleh Mas Ganjar setiap hari," ujar Roby kepada wartawan, Selasa (30/1/2024).
Baca Juga
Dia menyebut Ganjar telah menuangkan pengalaman dan semangat kerakyatan dalam program-program di visi-misi dan 21 program unggulan Ganjar-Mahfud. Ia menjelaskan untuk pendidikan, Ganjar-Mahfud punya berbagai program.
Advertisement
Misalnya, '1 Keluarga Miskin, 1 Sarjana,' 'Sekolah Dapat Gaji, Lulus Pasti Kerja,' dan lain-lain. Kemudian terkait pemerataan akses kesehatan, ada program-program seperti '1 Desa, 1 Faskes, 1 Nakes' dan 'Uang Saku Kader Posyandu'.
Belum lagi program-program lain terkait tema debat seperti 'Internet Super Cepat, Gratis dan Merata', '17 Juta Lapangan Kerja', 'Buruh Naik Kelas', dan 'Disabilitas Mandiri Berprestasi, 1 Desa 1 Mobil Akses'.
“Yang utama bagi Ganjar-Mahfud adalah mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Maka dari itu, semua aspek yang menjadi tema debat kelima ini harus ditanggapi sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan,” ujarnya.
“Pada akhirnya, semua topik ini, mulai dari kesehatan sampai teknologi informasi, semuanya bertujuan untuk meningkatkan derajat hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia,” kata Roby menambahkan.
Ganjar Akan Ingatkan Kembali Nilai Luhur Pendiri Bangsa
Calon presiden nomor urut 03, Ganjar Pranowo akan mengingatkan kembali soal nilai-nilai luhur bangsa, yang merupakan warisan terbaik dari para pendiri bangsa (founding fathers) dalam sesi debat terakhir Pilpres 2024. Adapun salah satu tema yang dibahas adalah soal kebudayaan.
"Dalam konteks Indonesia hari ini, ketika para elite politik dan pejabat publik sudah tidak memiliki etika dalam mempertahankan atau memburu kekuasaan, kita jadi bertanya-tanya, mengapa keteladanan yang pernah diwariskan oleh Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Sjahrir, M Natsir, dan seterusnya, sama sekali tidak ada jejaknya," kata Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Ammarsjah, Selasa (30/1/2024).
Dia mengatakan, kebudayaan adalah sistem berpikir, berpengetahuan dan bermasyarakat, yang digunakan untuk kelangsungan hidup suatu komunitas. Dipandu kebudayaan, masyarakat mengutamakan nilai etika moral dan perasaan bersama tentang nilai kebenaran, kejujuran dan kepatutan.
"Kita tidak tahu persis, apakah pejabat publik yang kini sedang memburu kekuasaan dengan segala acara, mungkinkah tidak pernah belajar sejarah. Sehingga tidak pernah tahu bagaimana sederhananya kehidupan Bung Hatta, sampai tidak sanggup membeli sepatu bally. Atau Natsir yang cepat-cepat mengembalikan mobil dinas setelah tidak lagi menjadi PM, karena mobil dinas itu sudah bukan haknya lagi, artinya masih ada rasa malu," jelas Ammar.
Advertisement
Ratu Adil
Ammar mengatakan, dalam budaya (tradisi) masyarakat bawah, dikenal konsep Ratu Adil, sebagai cara rakyat jelata untuk mengingatkan penguasa, ketika penguasa tidak lagi memikirkan nasib rakyat. Bung Karno, kata dia, saat pidato Pancasila, 1 Juni 1945, juga menyebut konsep Ratu Adil sebagai salah satu jalan melawan kolonialisme atau penindasan.
"Dalam konsep kekuasaan Jawa, siapa pun yang berkuasa harus eling lan waspada, harus tahu diri, bahwa kekuasaan ada batasnya. Ketika rakyat mengadu kepada Ratu Adil, sosok yang sebenarnya abstrak, ini adalah peringatan bagi penguasa, bahwa dia sejatinya sudah tidak dipercaya rakyat lagi," tegas Ammar.