Liputan6.com, Jakarta Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi di Indonesia terbilang cukup baik, lantaran masih tumbuh 5 persen.
Hal ini disampaikannya saat memaparkan realisasi investasi dan pertumbuhan ekonomi dalam acara 'Trinegah Political and Economic Outlook 2024', Jakarta, Rabu (31/1/2024).
Baca Juga
"Angka ini bukan angka omon-omon, karena ada investasi capai target dan ekspor cukup baik. Inflasi kita di bawah 3 persen, daya beli masyarakat masih lebih baik dari pandemi," kata dia.
Advertisement
Lebih lanjut, Bahlil berharap agar penerus kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu mempertahankan stabilitas ekonomi di Indonesia.
"Kalau ini bisa kita lakukan, pasti stabilitas ekonomi kita bagian, tapi tergantung siapa presiden yang akan lanjutkan program ini. Kami di menteri investasi semua kita permudah," ucap dia.
Bahlil meminta agar masyarakat dapat menilai mana calon presiden (capres) yang hanya berbicara di pidato dan mana sosok yang mampu meneruskan keberlanjutan di bidang ekonomi.
"Saya yakin bapak ibu bisa liat capres yang cuma ngomong di pidato dan mana capres yang bisa lanjutkan apa yang saya paparkan. Kalau apa yanh sampaikan benar, sampaikan ke yang lain. Saya punya keyakinan ini instrumen wujudkan Indonesia emas 2045," papar Bahlil.
Saat menutup paparannya, Bahlil pun berkelakar agar apa yang dia sampaikan tak diberi nilai rendah oleh masyarakat.
"Terima kasih, Mudah-mudahan saya enggak dikasih nilai 11/100," tutup Bahlil.
Luhut dan Bahlil Kompak Tepis Klaim Tom Lembong
Perbincangan mengenai Lithium Ferro Phosphate (LFP) mencuat usai debat cawapres pada Minggu 21 Januari 2024. Ketika itu, cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyebut bahwa Timnas AMIN melakukan kebohongan publik lantaran menyebut mobil Tesla tidak lagi menggunakan nikel sebagai bahan baku baterai, melainkan LFP.
"Ini agak aneh ya, yang sering ngomong LFP itu timsesnya, tapi cawapresnya enggak paham LFP itu apa, kan aneh. Sering bicara 'LFP, LFP, Lithium Ferro Phosphate, Tesla enggak pakai nikel'. Ini kan kebohongan publik. Mohon maaf, Tesla itu pakai nikel pak," kata Gibran saat debat cawapres di JCC, Jakarta, Minggu 21 Januari 2024.
Co-captain Timnas AMIN, Tom Lembong memang pernah menyebut bahwa 100 persen mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok sudah tidak menggunakan Nikel, melainkan menggunakan LFP.
Menurutnya, pembangunan masif smelter nikel Indonesia berpotensi merugikan karena berdampak over supply. Akibatnya, harga nikel akan jatuh.
"Jadi 100 persen mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok menggunakan baterai yang mengandung 0% nikel dan 0% kobalt . Jadi baterainya namanya LFP," kata Tom Lembong dalam podcast Total Politik beberapa waktu lalu.
Advertisement
Masih Banyak
Namun pernyataan Tom Lembong ini ditepis oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut menegaskan, mobil produksi Tesla masih banyak yang menggunakan baterai berbasis nikel.
"Tidak benar pabrik tesla di Shanghai menggunakan 100 persen LFP atau lithium ferro phosphate untuk mobil listriknya," tegas Menko Luhut melalui akun Instagram @luhut.pandjaitan, Rabu (24/1/2024).
Luhut mengatakan, baterai mobil listrik berbasis nikel masih digunakan dalam produksi tersebut. Bahkan, itu juga masih digunakan oleh LG di Korea Selatan untuk mobil Tesla yang diproduksi di Shanghai.
Kendati begitu, Menko Luhut mengakui sudah ada yang mengarah untuk menggunakan LFP. Mengingat penelitian yang sudah terus berkembang.
"Memang ada yang mulai LFP karena penelitian mengenai LFP makin berkembang. Ya memang satu ketika tidak tertutup kemungkinan nikel ini makin kurang penggunaannya, makanya sebabnya , kita juga harus genjot juga. Tapi dengan tadi yang terukur," jelasnya.
Luhut juga menepis pernyataan Tom Lembong terkait harga nikel anjlok. Bahkan, dia mengungkapkan data tren harga nikel 10 tahun terakhir.
Menurut Luhut, untuk mengetahui harga nikel, perlu merujuk pada data yang cukup panjang. Misalnya, tren yang terjadi selama 10 tahun terakhir.
"Anda perlu melihat data panjang, 10 tahun, kan anda pebisnis juga. Kan siklus dari komoditi itu kan naik turun, apakah itu batu bara, nikel, timah, atau emas. Apa saja," ujar Menko Luhut melalui akun Instagram @luhut.pandjaitan, Rabu (24/1/2024).
Â
Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka.com