Liputan6.com, Jakarta - Menuju Indonesia emas pada tahun 2045, pemerintah masih harus banyak berbenah, salah satunya adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) pada para pekerja migran. Hal tersebut diungkapkan caleg PSI untuk daerah pemilihan DKI Jakarta 2 nomor urut 4, Marsha Damita Siagian.
Menurut Marsha yang sempat tinggal selama 12 tahun di luar negeri untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, persoalan sosialisasi dan edukasi bagi para pekerja migran atau WNI yang akan bekerja di luar negeri sangatlah penting untuk ditempuh, dimana hal tersebut harus difasilitasi oleh negara.
Baca Juga
"Saya sering mendengar Tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri kesulitan untuk datang tepat waktu ke tempat kerja terutama pada saat musim dingin tiba. Persoalan medis seperti kurangnya vitamin D imbas dari datangnya musim dingin adalah persoalan tersendiri yang dihadapi pekerja migran akibat minimnya sosialisasi," tandas Marsha.
Advertisement
Marsha yang tengah mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI menambahkan bahwa jika dirinya terpilih sebagai anggota dewan maka persoalan sosialisasi dan edukasi bagi para pekerja migran akan terus ditingkatkan agar mereka bisa mempersiapkan diri secara lebih maksimal di tanah air sebelum diberangkatkan ke luar negeri.
Penyuluhan-penyuluhan untuk beradaptasi agar bisa lebih disiplin ketika bekerja di negara orang tandas Marsha juga perlu ditingkatkan. Begitu juga persoalan penguasaan bahasa asing terutama bahasa Inggris, dianggap Marsha masih dirasa kurang terutama ketika pekerja migran memperoleh kesempatan untuk mendapatkan promosi jabatan yang lebih tinggi.
"Kemampuan berbahasa asing tidak diperoleh secara instan dan harus dilatih bertahun-tahun, untuk itu peran kementerian pendidikan untuk melatih bahasa asing bagi pekerja migran perlu diperluas. Pekerja migran harus bisa berkomunikasi dengan baik dengan bahasa internasional. Hal seperti ini simpel tetapi pelatihan berbahasa asing sering terabaikan sehingga pekerja migran kurang mengetahui akan hak-haknya ketika berada disebuah negara," jelas Marsha yang menyelesaikan gelar doktornya di London College of Fashion.
Minimnya kemampuan berbahasa asing lanjut Marsha juga bisa berdampak kepada penyalahgunaan visa dan berimbas kepada tindak kejahatan perdagangan orang. Jika pekerja migran tidak menguasai bahasa internasional maka efek dominonya saat berada diluar negeri ungkap Marsha memang sangat banyak.
Banyak Agen Nakal
Saat ini menurut Marsha masih banyak agen nakal yang mengirim pekerja migran dengan visa yang salah dan mengakibatkan para TKI sering terlantar di negara orang karena minimnya informasi di tanah air. Dari sini jelas Marsha pemerintah harus banyak belajar dari kesalahan-kesalahan dimasa lalu dan terus memperbaiki mekanisme pengiriman pekerja migran.
"Intinya persoalan-persoalan seperti menekan agen yang nakal, edukasi tentang hak dan kewajiban pekerja migran serta iSmunisasi calon pekerja perlu lebih disosialisasikan. Infomasi seputar paspor tanpa visa dan sejenisnya serta cara meminta perlindungan di luar negeri juga perlu lebih diinformasikan," ucap Marsha.
Sejauh ini sepengetahuan Marsa, negara-negara seperti Malaysia, Arab Saudi, Singapura serta Hongkong masih mendominasi negara tujuan pekerja migran dan sebaiknya pemerintah juga terus mensosialisasikan kultur dan budaya di negara tersebut sehingga calon TKI kian banyak memperoleh informasi dari negara yang akan dikunjungi.
Advertisement