Sukses

Qodari soal PDIP Akan Jadi Oposisi: Posisi Yang Ideal

PDIP kembali menjadi parpol dengan suara tertinggi pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 versi hitung cepat atau quick count dari berbagai lembaga survei.

Liputan6.com, Jakarta PDIP kembali menjadi parpol dengan suara tertinggi pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 versi hitung cepat atau quick count dari berbagai lembaga survei.

Terkait hal ini, pengamat politik M. Qodari mengatakan, keberadaan PDIP menjadi oposisi usai jagoannya di Pilpres 2024 tumbang dianggap ideal.

"Menurut saya komposisinya sudah sangat-sangat ideal, pertama presiden dari Gerindra kemudian pemenang legislatif itu kemungkinan PDI Perjuangan, walaupun masih menunggu penghitungan kursi karena selisih PDI dan Golkar tidak terlalu jauh," kata dia dalam keterangannya, Jumat (16/4/2024).

Dengan dinamika hasil Pemilu 2024 ini, ia menyebut kondisi politik Indonesia telah mengalami divided government atau legislatif dan eksekutif yang dikuasai oleh partai yang berbeda.

Menurutnya, dengan konstelasi politik seperti ini, maka kontrol politik atas pemerintah akan semakin kuat.

"Jadi dalam divided government kontrol politik berpotensi menjadi lebih kuat karena pemenang eksekutif dan legislatif itu berbeda," klaim Qodari.

Dia menerangkan, perbedaan pucuk kekuasaan antara eksekutif dan legislatif akan menciptakan pemerintahan demokratis yang ideal. Pasalnya, akan terjadi pemerintahan yang dapat saling kontrol dan terjadi keseimbangan kekuasaan.

"Jadi menurut saya ini komposisi yang ideal karena akan terjadi mekanisme check and balance karena eksekutif dan legislatif dimenangkan atau dikepalai oleh partai yang berbeda," jelasnya.

 

2 dari 3 halaman

PDIP Hattrick Jadi Partai Pemenang Pileg 2024 Versi Quick Count LSI Denny JA

Lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA melakukan analisis hitung cepat atau quick count untuk melihat partai politik (parpol) yang menjadi pemenang Pemilu Legislatif (Pileg) 2024. Hasilnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjadi parpol dengan suara pemilih terbanyak.

“Menghasilkan PDIP sebagai juara hasil quick count kami. Jika hasil KPU sesuai dengan quick count kami, maka PDIP telah melakukan hattrick yang memenangkan tiga kali pemilu legislatif berturut-turut,” tutur peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby di Kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (15/2/2024).

Menurut Adjie, tingkat partisipasi pemilih atau voter's turn out untuk Pileg 2024 ini hanya 71,84 persen, atau lebih rendah dibandingkan Pilpres 2024. Hal ini lantaran Pilpres dianggap lebih simpel, sementara pemilu legislatif ada banyak nama yang harus dipilih.

Data sampel yang masuk dalam quick count sebesar 99.60 persen dengan Margin of Error kurang lebih 1 persen.

“Ada tiga partai yang kita sebut-sebut sebagai data premium karena dukungan suaranya di atas 10 persen. Tiga partai itu adalah PDIP dengan 16,82 persen, Partai Golkar dengan 14,93 persen, dan Partai Gerindra dengan 13,43 persen,” jelas dia.

Adapun menyusul di belakang ketiganya yakni PKB 10,56 persen; Nasdem 9,45 persen; PKS 8,36 persen; Demokrat 6,98 persen; dan PAN 6,59 persen pada Pemilu 2024 ini.

 

3 dari 3 halaman

Faktor PDIP Kembali Jadi Pemenang Pemilu

Salah satu faktor yang membuat PDI Perjuangan kembali menjadi pemenang, lanjut Adjie, karena basis kekuatan suara masyarakat kelas bawah atau wong cilik, yakni berpendapatan Rp2 juta ke bawah.

“Utamanya karena PDIP memang dikenal partai wong cilik. Kita ambil contoh tiga wilayah saja, tapi menunjukkan loyalitas pemilih di kandang banteng tetap terjaga. Misalnya di Jateng basenya 13,9 persen dengan margin of error 1,5 persen ini PDIP di 28,22 persen. Bali basenya 1,6 persen dengan margin of error 4,3 persen juga PDIP di 52,03 persen. Di sulut basenya 1,0 persen dengan margin of error 5,6 persen di 35,43 persen. Jadi bisa kita simpulkan loyalitas pemilih di kandang banteng masih terjaga,” kata Adjie menandaskan.

Hitung cepat atau quick count LSI Denny JA dilakukan pada Rabu, 14 Februari 2024 dengan menggunakan metodologi sampling multistage random sampling.

Jumlah sampel sendiri ditentukan 2000 responden yang dipilih secara acak dan berasal dari jumlah pemilih 203.056.748 serta 820.161 Tempat Pemungutan Suara (TPS), yang tersebar secara proporsional di 38 Provinsi Indonesia. Adapun margin of error quick count ini sebesar 1 persen.