Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terkait tingkat kepuasan masyarakat terkait pelaksanaan Pemilihan Umum atau Pemilu 2024.
Salah satu yang dibahas adalah penyebaran suara para pendukung partai politik (parpol) terhadap pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang diusung.
Baca Juga
Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan menyampaikan, suara para pemilih sesuai basis partai politik nyatanya terpecah. Hal itu cukup besar terjadi di tubuh PKB, NasDem, dan PDIP.
Advertisement
"Dari segi partai, umumnya pemilih partai cenderung lebih banyak memilih ke pasangan calon yang didukung partainya masing-masing. Cuma di sini misalnya kalau dilihat di sini partai PKB itu 50 persen memilih Anies, 47 persen memilih 02. Jadi terbelah antara 01 dan 02," ujar Djayadi dalam rilis Persepsi Publik Tentang Pelaksanaan Pemilu 2024, Minggu (25/2/2024).
Dia menjelaskan, untuk Gerindra, 92,4 persen memilih paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Basis PDIP sendiri, lanjut dia, sebanyak 57 persen memilih paslon nomor urut 03 Ganjar Pranowo -Mahfud Md, namun suara dukungan terhadap paslon 02 cukup tinggi yakni 34,8 persen.
Sementara, pendukung NasDem memilih paslon nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar sebesar 42,6 persen dan suara beralih ke Prabowo-Gibran sebanyak 53,5 persen.
"Golkar cukup solid memilih 02 hampir 70 persen, NasDem terbelah 01 dan 02, cenderung lebih unggul di 02 di sini mungkin ini karena sudah push election ya," jelas Djayadi.
Survei LSI tersebut dilaksanakan pada 19 Februari 2024 sampai dengan 21 Februari 2024 dengan target populasi survei warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon atau ponsel, sekitar 83 persen dari total populasi nasional.
Pemilihan sampel dilakukan melalui metode Random Digit Dialing (RDD), yakni melalui proses pemanggilan nomor telepon secara acak terhadap 1211 responden yang dipilih secara acak, validasi, dan screening.
Adapun Margin of error survei sekitar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden pun dilakukan lewat telepon oleh pewawancara terlatih.
Â
Survei LSI: Tingkat Kepuasan Masyarakat soal Penyelenggaraan Pemilu 2024 Turun
Sebelumnya, Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terkait tingkat kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Hasilnya, terjadi penurunan yang signifikan.
Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan menyampaikan, mayoritas masyarakat masih menilai penyelenggaraan Pemilu 2024 sangat memuaskan.
Namun, angkanya turun bila membandingkan saat exit poll pada 14 Februari 2024 dengan 5 sampai 10 hari setelahnya.
"Saat exit poll 94,5 persen, setelah 5 sampai 10 hari turun 83,6 persen," tutur Djayadi dalam rilis Persepsi Publik Tentang Pelaksanaan Pemilu 2024, Minggu (25/2/2024).
"Hanya 5 sampai 10 hari setelahnya terjadi penurunan yang signifikan hingga 10 persen lebih. Tapi menurut saya salah satu penjelasnya mengapa tingkat kepuasan ini menurun adalah karena setelah Pemilu masyarakat terekspos berita-berita tentang penyelenggaran Pemilu kan. Termasuk soal perdebatan Sirekap atau pemungutan suara ulang karena berbagai alasan dan sebagainya sehingga menurun," sambungnya.
Â
Advertisement
Harus Jadi Perhatian
Jika dilakukan survei lebih lanjut, Djayadi yakin tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilu 2024 akan semakin turun jika sentimen negatifnya terus berlanjut.
Terlebih, kata dia, dalam tingkat kepercayaan soal jujur dan adil atau Jurdil, hal itu malah lebih parah penurunannya.
"Pada saat exit poll 14 Februari LSI menanyakan kepada para pemilih Pemilu yang diselenggarakan hari ini berlangsung jujur dan adil. 94,3 persen masyarakat menyatakan berlangsung jujur dan adil. Tapi sekarang kita tanyakan hal yang sama, tingkat penilaian Jurdilnya itu menurun tajam dari 94,3 menjadi 76,4 persen," terang Djayadi.
Djayadi menegaskan, hal tersebut harus menjadi perhatian, baik bagi pemerintah, KPU, dan penyelenggara pemilu lainnya.
"Bahwa ada penurunan penilaian positif masyarakat terhadap pemilu dari hari ke hari, sejak hari H sampai dengan sekarang," Djayadi menandaskan.