Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menunaikan tugas politiknya dengan mulus dengan memenangkan pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming di Pemilihan Presiden 2024 (Pilpres 2024) dengan baik di Jawa Timur (Jatim).
Prabowo-Gibran diketahui menang telak dengan mendapatkan total sebanyak 16.716.603 suara. Sementara, paslon nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 4.492.652 suara dan paslon 03 Ganjar Pranowo-Mahfud Md mendapat 4.434.805 suara.
Baca Juga
Mengonfirmasi kepada Khofifah, kemana arah langkah politiknya setelah kontestasi Pilpres 2024, perempuan yang pernah menjabat sebagai Menteri Sosial (Mensos) di periode pertama pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) ini mengaku tidak ingin kembali menjadi menteri.
Advertisement
Menurut Khofifah, fokus perjuangan politiknya adalah kembali berkontestasi sebagai calon gubernur Jawa Timur (Cagub Jatim).
"Oh enggak (jadi menteri), saya dari awal menyatakan Insya Allah akan fokus di Jawa Timur aja, untuk periode ini saya akan mengikuti kontestasi Pilgub Jatim," kata Khofifah usai menghadiri Halal Bihalal di Kantor Pengurus Pusat PBNU, Jakarta Pusat, Minggu (28/4/2024).
Dengan penegasan tersebut, dia pun menampik spekulasi publik yang sempat menggadangnya maju di Pilkada Jakarta 2024. Dia pun berharap, rakyat Jawa Timur bisa kembali memberikan dukungan kepadanya di Pilkada Serentak 2024.
"Saya ikut melanjutkan di Jawa Timur, mudah-mudahan masyarakat Jawa Timur bisa memberikan dukungan," harap Khofifah.
Â
Sudah Didukung Empat Parpol
Sementara ini, menurut Khofifah, sudah empat partai yang memberikan penugasan kepadanya untuk maju di Pilgub Jawa Timur.
Selain itu, nama Emil Dardak yang juga pernah menjadi wakilnya di Pilgub Jatim 2018 akan kembali dipilih menemani di Pilkada Serentak 2024.
"Sudah dari Desember lalu, 4 partai , Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, sudah memberi surat penugasan. Wakil Insya allah saya merasa nyaman dan produktif dengan Mas Emil, mudah-mudahan kami bisa bersama lagi," Khofifah menandasi.
Sebelumnya, Pakar komunikasi politik Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Gilang Gusti Aji mengatakan sosok Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma cukup populer di Jawa Timur. Tapi elektabilitasnya tidak setinggi mantan Gubernur Khofifah Indar Parawansa jika maju Pilkada Jatim 2024.
"Bu Risma saya kira nama yang populer di Jawa Timur, terutama di sekitar wilayah Surabaya, tetapi kalau kita lihat elektabilitasnya juga beberapa survei saya lihat belum di atas 10 persen," kata Gilang, Sabtu 27 April 2024.
Â
Advertisement
Pengamat: Risma Populer di Jatim, tapi Elektabilitasnya Jauh di Bawah Khofifah
Gilang melihat elektabilitas Risma masih berkutat di angka 10 persen, sedangkan Khofifah sudah berada di atas 30 persen.
Menurutnya, persentase elektabilitas Risma dengan Khofifah cukup jauh mengingat Pilkada Serentak 2024 menyisakan waktu 214 hari lagi.
"Ibu Khofifah sudah di atas 30 persen, itu kan angka yang cukup jauh dalam kurun waktu tujuh bulan ini," jelasnya.
Di sisi lain, Gilang menilai Risma masih mempunyai peluang untuk maju pada bursa Pilkada Jatim. Namun, dengan waktu yang cukup pendek, mantan Wali Kota Surabaya itu harus bekerja keras agar bisa menang pada Pilkada 2024.
"Masih ada waktu, tetapi saya kira Ibu Risma punya peluang maju, tetapi dengan waktu yang cukup pendek. Ini memang butuh perjuangan yang cukup masif dan kerja keras," ujar Gilang.
Â
Risma Maju Pilkada Jakarta?
Sebelumnya, nama Risma masuk radar PDIP untuk maju di Pilkada Jakarta 2024, bersama sejumlah nama lain seperi Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan mantan Panglima TNI Andika Perkasa.
Menteri Sosial Tri Rismaharini sendiri belum berani memutuskan untuk maju atau tidak di Pilgub Jakarta 2024. Risma juga tidak punya uang yang cukup untuk maju Pilgub.
"Yang pertama aku enggak punya uang, satu. Yang kedua, aku gak berani. Berani, enggak berani aku ngomong. Bahkan, ngomong ingin kalau enggak berani, untuk menjadi ingin," kata Risma kepada di Gedung Aneka Bhakti, Kemensos, Jakarta, pada Jumat 26 April 2024.
Menurut mantan Wali Kota Surabaya ini, memimpin suatu daerah memiliki tanggung jawab yang besar. Kala itu, Risma pernah berniat tak ingin menjadi Walikota lantaran teringat kisah seorang khalifah yang merasa bersalah saat tahu ada warganya yang kelaparan.
"Saya tidak mau, ternyata saya punya kekurangan, saya tidak bisa menyelesaikan masalah mereka. Itu yang saya takut. Karena itu saya tidak berani ngomong ya atau tidak," ungkapnya.
"Sebetulnya sudah banyak dulu yang nawari, tapi ya saya jawab begini terus, karena saya takut terus ya," pungkasnya.
Advertisement