Liputan6.com, Jakarta - Pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak menunjukkan dominasi kuat dalam Pilkada Jatim 2024.
Berdasarkan hasil survei terbaru yang dilakukan Poltracking Indonesia periode 4-10 September 2024, pasangan Khofifah-Emil memimpin dengan elektabilitas 57,3 persen, jauh meninggalkan dua pesaingnya pasangan Tri Rismaharini-Zahrul Azhar dengan 22,7 persen dan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim di angka 2,2 persen.
Baca Juga
Tak hanya itu, dalam simulasi perorangan, Khofifah Indar Parawansa mencatat angka elektabilitas 55,3 persen, diikuti Tri Rismaharini 22,8 persen dan Luluk Nur Hamidah 1,8 persen. Sementara Emil Dardak juga memperoleh angka elektabilitas 51,7 persen mengalahkan Zahrul Azhar 9,9 persen dan Lukmanul Khakim 3,2 persen.
Advertisement
Dalam rilisnya, Poltracking Indonesia memaparkan alasan kenapa Khofifah-Emil bisa mendapat elektabilitas tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kepuasan publik terhadap kinerja Khofifah-Emil saat menjabat Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2019-2024 yang mencapai angka 87,3 persen.
Populer dan Dukungan Koalisi
Menanggapi hal tersebut, Pengamat Politik dari Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menilai sudah menjadi hal wajar Khofifah unggul jauh dari dua penantangnya. Alasannya, kata dia, Khofifah merupakan figur yang sangat populer di Jawa Timur dan didukung banyak koalisi partai serta merupakan seorang petahana.
"Saya pribadi menganalisa melihat figur Khofifah ini kan akar rumputnya militansinya kuat. Makanya saya pikir ini tidak terlalu mengejutkan bahkan ini bisa melejit lagi karena kan penetrasi politiknya belum kuat karena kan belum ada jadwal kampanye, penetapan juga belum," katanya saat dihubungi, Kamis (19/9).
Tak hanya itu, Adib menilai peluang dua pesaing Khofiah untuk mengejar elektabilitasnya terkesan sulit. Hal ini karena Khofiah punya rekam jejak yang kuat selama menjadi Gubernur Jawa Timur.
"Kalau strategi melawan petahana itu mereka harus memiliki effort yang lebih. Maksudnya adalah kalau dia tidak punya visi misi gagasan, inovasi yang baru, ini tidak akan mendongkrak. Cenderung peluang menangnya kecil," bebernya.
Adib berpendapat, seharusnya pasangan Risma-Azhar dan Luluk-Lukmanul memiliki inovasi program yang bagus untuk menjadi penantang Khofiah.
"Kalau lawan petahana dia tidak memiliki inovasi yang baru, Tidak visioner saya kira ya sama saja. Orang pasti mikir ya saya mending milih yang sudah jelas. Itu lumrah terjadi, karena kan petahana kan sudah mengerjakan sedangkan penantangnya ini kan belum pernah mengerjakan," tandasnya.
Advertisement
Metode Survei
Tambahan informasi, Poltracking menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan pengambilan data lapangan dilakukan pada 4-10 September 2024. Sampel pada survei ini adalah 1200 dengan margin of error +/- 2.9% pada tingkat kepercayaan 95%.
Adapun klaster survei menjangkau 38 kabupaten/kota di Jawa Timur secara proporsional berdasarkan data jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 2024, sedangkan stratifikasi survei ini adalah proporsi jenis kelamin pemilih.