Liputan6.com, Jakarta - Pasangan Calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi-Taj Yasin kembali diduga kembali menjadi sasaran fitnah melalui penyebaran hoaks yang memecah belah.
Kali ini, diduga sebuah gambar ilustrasi provokatif yang beredar di media sosial menyebut Ahmad Luthfi-Taj Yasin seakan merendahkan institusi TNI demi kepentingan politik.
Baca Juga
Gambar tersebut memperlihatkan seorang anggota TNI dalam kondisi terikat, sementara di belakangnya ada sosok berseragam Polri.
Advertisement
"Jateng Pilih Polisi, Gak Butuh Loreng TNI, Ayo Coblos Ahmad Luthfi," tulis gambar yang beredar.
Ilustrasi ini telah menyebar melalui dua akun TikTok, yakni @relawankomjenluthfi dan @RelawanLuthfi.Solo.
Dewan Pembina Tim Pemenangan Luthfi-Yasin yang juga mantan perwira tinggi TNI Letjen TNI (Purn) Bakti Agus Fadjari pun angkat bicara.
Ia menegaskan, gambar tersebut bukan berasal dari pihaknya dan diduga sebagai upaya fitnah jelang Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Jateng 2024.
"Kami dari tim 02 tidak mungkin menyebarkan gambar yang mempertentangkan antara TNI dan Polri. Saya sendiri seorang tentara, tidak mungkin saya menistakan diri sendiri atau institusi TNI-Polri yang harus kita jaga bersama," ujar Bakti Agus usai kampanye akbar Luthfi-Yasin di Benteng Vastenburg, Solo, yang disampaikan melalui keterangan tertulis, Minggu (17/11/2024).
Bakti Agus menyampaikan, timnya telah melaporkan penyebaran gambar provokatif tersebut ke Polda Jawa Tengah untuk diusut tuntas. Ia juga mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya dengan informasi yang tidak memiliki dasar kebenaran.
"Tolong masyarakat paham bahwa ini adalah berita tidak benar. Kami telah melaporkan sebaran gambar ilustrasi tersebut ke Polda Jawa Tengah, dan kasus ini tengah ditangani sesuai hukum yang berlaku," tandas Bakti Agus.
Survei Indikator: Ahmad Luthfi-Taj Ungguli Andika-Hendar
Sebelumnya, Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbarunya terkait Pilgub Jateng 2024. Hasilnya, pasangan calon Gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah nomor urut 2, Ahmad Luthfi-Taj Yasin unggul dengan elektabilitas 47,19% dan Andika Perkasa-Hendar Prihadi (Hendi) mendapat 43,46%.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, meski pasangan Luthfi-Yasin unggul, namun 9,35 persen masyarakat mengaku masih belum menentukan jawaban atau belum menentukam pilihan.
"Dalam catatan itu, ada 9,35 persen masyarakat yang belum menentukan jawaban," kata Burhanuddin melalui siaran secara daring zoom dan live streaming YouTube, Minggu (17/11/2024).
Soal kemantapan pemilih, survei mencatat elektabilitas Ahmad Luthfi sebesar 76,2 persen, sedangkan 14,5 persen masih bisa berubah, dan 9,3 persen memilih tak menjawab.
Sedangkan untuk Andhika Perkasa, kemantapan pemilihnya berada di angka 72,2 persen, dengan 9,3 persen bisa berubah dan 18,5 persen diantaranya tak menjawab.
“Tingkat kemantapan pemilih AL-TY (Ahmad Luthfi - Taj Yasin) lebih baik dari AP-HP (Andhika Perkasa - Hendrar Prihadi),” jelas Burhanudin.
Advertisement
Metode Survei
Sebagai informasi, survei dilakukan 7-13 November 2024 dengan jumlah responden sebanyak 3.500 orang. Survei dilakukan dengan metodologi multistage random sampling, dengan margin error 2,3 persen.
Dia memaparkan, survei dilakukan di seluruh kota/kabupaten Jawa Tengah dengan sampling berdasarkan jumlah pemilih setiap kota.
Artinya, jumlah responden di Kota Semarang berbeda dengan Kota Magelang. Jumlah pemilih di Semarang tercatat 4,4 persen, sementara Kota Magelang 0,3 persen dari jumlah responden.
Diketahui, dalam tiga kali survei yang dilakukan Indikator Politik kedua paslon terlihat alami penurunan, terutama pada survei kedua menuju ke tiga.
Tercatat Andhika Perkasa yang meraih 32,6 persen di survei pertama sempat melonjak 44 persen di kedua, lalu turun 43,5 persen di survei ketiga.
Sedangkan Ahmad Luthfi yang sempat konsisten 48,2 persen pada survei pertama dan kedua kemudian turun pada 47,2 persen.
Menanggapi fenomena tersebut, Burhanuddin menjelaskan bila saat ini nilai pemilih bisa berubah. Sebab survei belum memasukkan variabel keterlibatan Jokowi yang berulang kali ‘turun gunung’. Selain itu, efek partai juga belum terlihat.
“Pak Jokowi sendiri turun setelah hasil survei rampung (16 November),” dia menandasi.