Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dede Yusuf Macan Effendi, menilai kurang menariknya Tempat Pemungutan Suara (TPS) menjadi salah satu faktor turunnya partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) 2024.
Selain itu, penempatan TPS yang kurang tepat juga jadi faktor rendahnya partisipasi masyarakat. Diketahui, terjadi penurunan partisipasi masyarakat dalam kontestasi lima tahunan sekali, khususnya di Jakarta, hingga mencapai 50 persen.
Baca Juga
"Ya, kalau yang saya lihat di TPS-TPS sekitar saya ya, itu yang datang ke satu TPS kebanyakan kan TPS-nya ada di gang-gang. Sementara pakai mobil, mohon maaf, parkir mobil aja kan agak sulit kalau TPS-nya ada di dalam gang-gang," kata Dede Yusuf kepada wartawan, Jumat (29/11/2024).
Advertisement
"Akibatnya, aduh parkirnya susah nih, akhirnya enggak jadi. Itu juga bisa jadi salah satu sebab. Artinya, penempatan lokasi TPS itu kadang-kadang tidak menarik juga untuk didatangi," anggota DPRÂ Fraksi Partai Demokrat itu menambahkan.
Tak hanya itu, ia mengungkapkan, sempat kesulitan dalam mencari TPS saat akan menggunakan hak suaranya di Pilkada Jakarta 2024. Hal ini karena lokasi pencoblosan yang berada dalam gang dan tidak dibuat semenarik mungkin.
"Nah inilah yang kemudian, kita pun, saya sebagai warga DKI tentunya, saya pun enggak tahu TPS-nya di mana. Baru nyari-nyari pas di lokasi, pas di hari H itu baru nyari-nyari. Artinya, pembuatan TPS itu tidak semenarik ketika kita ada perayaan 17 Agustusan. Setiap gang didandanin, itu kan menarik," ujar Dede Yusuf.
"Nah, perangkat-perangkat seperti RT, RW kurang aktif juga mensosialisasikan di mana lokasi TPS," tambahnya.
TPS Menarik Dinilai Bisa Membuat Gen Z Tertarik untuk Nyoblos
Menurut Dede Yusuf, menariknya lokasi pemungutan suara akan membuat para pemilih pemula atau Gen Z tertarik untuk mencoblos.
"Nah sementara kita itu tahu kalau orang Jakarta, oh itu ada TPS, tuh tempatnya menarik, ya didandanin atau apa gitu ya. Mungkin ada fotobooth-nya di depan. Kalau buat anak-anak Gen Z itu kan menarik ya. Itu lebih gampang mendapatkan respons ketimbang di mana ya TPS-nya, enggak ada yang tahu," ucap Dede Yusuf.
"Nah itu menurut saya juga bagian dari sosialisasi yang perlu dilakukan oleh penyelenggara KPU, terutama KPU yang ada di level bawah," sambungnya.
Kemudian, terkait dengan pemilih pemula yang tidak secara langsung atau sendiri untuk datang ke TPS dalam menggunakan hak surat suaranya pada Pilkada 2024.
Dede melihat sosialisasi pencoblosan juga kurang masif dilakukan, terutama bagi anak muda. Hal ini terlihat karena kebanyakan dari mereka yang ke lokasi pemungutan suara datang dengan orangtuanya atau tidak secara sendiri.
"Terus kedua, saya melihat banyak anak-anak muda, pemilih-pemilih pemula itu datang dengan bapaknya atau ibunya, nah enggak ada yang datang sendirian. Artinya, kalau tidak ada yang mengajak, mungkin mereka tidak tertarik untuk datang," ungkap Dede Yusuf.
"(Evaluasi secara keseluruhan disosialisasi) ya saya rasa demikian disosialisasi dan pemilihan tempat-tempat yang bisa digapai," pungkasnya.
Advertisement
KPU DKI Evaluasi Partisipasi Pemilih Menurun di Pilkada Jakarta 2024
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta, Wahyu Dinata, menyatakan berdasarkan evaluasi pemungutan suara yang berlangsung 27 November 2024, terlihat di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) tidak terlalu padat. Menurut dia, ada kemungkinan penurunan partisipasi masyarakat ketimbang pemilihan presiden (pilpres).
"Memang menurut pemantauan kami, alur pemilih di TPS agak renggang ya. Tapi kami belum tahu angka pastinya, berapa tingkat partisipasi. Tapi untuk pilkada memang cenderung biasanya lebih rendah dari pilpres," kata Wahyu saat jumpa pers di Kantor KPU Jakarta, Kamis (28/11/2024).
Wahyu menjelaskan, tingkat partisipasi di Pilkada 2007 sekitar 65 persen, di tahun 2012Â sebesar 65 persen. Kemudian di tahun 2017 meningkat hingga lebih 70 persen.
Dia memastikan, saat ini KPU Jakarta sedang melakukan rekapitulasi suara guna mengetahui jumlah pasti dari partisipasi pemilih di Pilkada Jakarta 2024. Jika hasilnya menurun, maka akan menjadi catatan dan evaluasi di Pilkada Jakarta berikutnya.
"Tentu kami akan melakukan evaluasi, kalau memang ada penurunan tingkat partisipasi. Apakah memang disebabkan karena program-program kami yang kurang baik di masyarakat, atau memang ada kondisi tertentu ya. Karena saya berkoordinasi dengan beberapa teman di provinsi yang lain, di provinsi yang lain juga mengalami partisipasi yang tidak terlalu bagus," dia menandasi.
Â
Reporter: Nur Habibie
Sumber: Merdeka.com