Sukses

Melalui Seni, Kabata Tanrasula Merajut Sejarah dan Identitas di Cape Town Afrika Selatan

Kabata Tanrasula bermakna “syair tentang kemuliaan manusia”, berasal dari bahasa Maluku Utara (Kabata) dan Bahasa Makassar untuk kata Tanrasula. Penampilan karya yang difasilitasi Kementerian Kebudayaan RI ini melibatkan lima komposer: Aristofani dari Makassar, Maskur Daeng Ngesa dari Gowa, Atadengkofia dari Ternate, Lawe Samagaha dari Bogor, Anggara Satria dari Riau, serta 1 videografer Agus Eko Triyono dari Solo. Selama 45 menit, Kabata Tanrasula menghidupkan panggung dengan perpaduan instrumen tradisional Nusantara, narasi dan teks seni tutur, gerak, animasi visual, dan tata cahaya. Kabata Tanrasula berkisah tentang perjalanan dan perjuangan Syekh Yusuf Al-Makassari dan Syekh Imam Abdullah Kadi Abdussalam dari Tidore yang diasingkan ke Cape Town, Afrika Selatan. Kabata Tanrasula tidak hanya berkisah tentang perjuangan dua tokoh besar, Syekh Yusuf Al-Makassari dan Syekh Imam Abdullah Kadi Abdussalam, tetapi juga menghadirkan sebuah dialog penting tentang dekolonisasi dan identitas yang relevan hingga saat ini.
Editor:
Helmi Fithriansyah
Photographer:
Liputan6.com

Foto Terkini