Sukses

Pasang Surut Partai Demokrat Hadapi Pemilu

Partai Demokrat lahir dari gagasan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Liputan6.com, Jakarta Partai Demokrat lahir dari gagasan Susilo Bambang Yudhoyono. Pria yang akrab disapa SBY ini mendirikan Partai Demokrat pada hari ulang tahunnya yang ke-52, tepatnya pada 9 September 2001 di Gedung Graha Pratama, Jakarta Selatan. Sebanyak 99 orang berperan dalam pendirian partai ini, dan Subur Budhisantoso mendapat kepercayaan untuk menjabat sebagai Ketua Umum pertama Partai Demokrat.

Pemilihan Umum pertama yang diikuti Partai Demokrat dapat dikatakan sukses. Partai yang mendapat nomor urut 9 ini masuk ke dalam golongan lima besar dengan total 8.455.225 suara (7,45%). Partai ini juga berhasil mengangkat SBY ke jabatan Presiden Republik Indonesia, menggeser Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Selang lima tahun, Pemilu 2009 menjadi tahun emas bagi partai yang saat itu diketuai oleh Hadi Utomo ini. Tak hanya berhasil mempertahankan SBY di kursi RI 1, Partai Demokrat juga menjuarai pemilu dengan 21.703.137 suara (20,85%).

Suara ini datang dari daerah-daerah yang sebelumnya tidak dikuasai oleh partai segi tiga berlian ini seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur. Tak hanya di Pulau Jawa, Partai Demokrat juga berhasil merebut sejumlah daerah di pulau-pulau lainnya, seperti Aceh, Kalimantan Selatan, dan Papua.

Sayangnya, masa kejayaan Partai Demokrat tidak berlanjut ke Pemilu 2014. Selain kehilangan jabatan Presiden RI ke lawan politiknya, peringkat partai yang berideologi Pancasila ini juga merosot ke peringkat ke-4 dengan 12.728.918 suara (10,19%).

Penurunan ini diasumsikan akibat beberapa kader dari Partai Demokrat yang terlibat masalah hukum yang menurunkan citra partai tersebut di mata publik. Salah satunya kasus korupsi proyek Hambalang yang menimpa Ketua Umum Partai Demokrat saat itu, Anas Urbaningrum.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Dukung Prabowo

Dalam menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang, Demokrat akhirnya memutuskan untuk tidak bersikap netral seperti pada Pilpres sebelumnya. Bergabung dalam barisan pendukung Prabowo, partai yang saat ini dipimpin Presiden ke-6 RI ini mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), putranya sebagai calon wakil presiden pendamping Prabowo.

Tetapi, Ketua Umum Partai Gerindra ini malah memilih lawan politik AHY pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 yakni Sandiaga Uno sebagai pendampingnya. Saat kabar itu tersebar, muncul isu akan adanya poros ketiga dari Demokrat.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan menyatakan ide tersebut berasal dari aspirasi rakyat di daerah yang menginginkan hadirnya calon pemimpin baru di luar Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Namun pada akhirnya, partai yang mendapat nomor urut 14 ini mengukuhkan diri berada di barisan Prabowo. Sepak terjang SBY yang memerintah selama dua periode menjadi modal bagi Partai Demokrat dan koalisinya untuk memenangkan pasangan Prabowo-Sandiaga.

 

Reporter: Melissa Octavianti