Sukses

Cendekiawan NU: Pilpres 2019 Harus Bebas Sentimen Agama

Ikanu berharap seluruh elemen bangsa ikut mendukung upaya penguatan NKRI sebagai kedaulatan politik.

Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Alumni Nahdlatul Ulama Al-Azhar Mesir menyerukan gerakan politik sehat dan bebas dari sentimen agama yang berpotensi memecah belah persaudaraan bangsa menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

"Kalau sentimen agama terus dimainkan dalam politik, saya khawatir bisa terjadi konflik seperti di Suriah," kata Sekjen Ikatan Alumni Nahdlatul Ulama Al-Azhar Mesir (Ikanu) Anis Mashduqi di Yogyakarta, Sabtu, 1 September 2018. 

Menjelang Pilpres 2019, Anis menilai isu-isu sentimen identitas suku, ras, agama, dan golongan masih berpotensi dimanfaatkan berbagai pihak untuk mencari dukungan politik. Padahal, berkaca peristiwa di Timur Tengah, khususnya di Suriah, konflik berkepanjangan antaranak bangsa juga bermula dari isu-isu sentimen antargolongan yang terus dibesarkan.

"Jika di Suriah isu sentimen Sunni dan Syiah dimainkan, di Indonesia antara Islam konservatif atau normatif dengan Islam moderat juga berpotensi dimainkan," kata Anis seperti dilansir dari Antara.

Menurut Anis, kekhawatiran itu mendorong para alumnus mahasiswa Universitas Al-Azhar, Mesir, khususnya yang tergabung dalam Ikanu di Indonesia untuk membuat rumusan guna mengantisipasi perpecahan bangsa yang bisa disulut oleh permainan isu SARA dalam Pilpres mendatang.

Dalam rumusan itu, di antaranya menyerukan kepada seluruh elemen bangsa, tanpa memandang ras, suku, partai, ormas untuk menghadang "hate spin" atau rekayasa kebencian berbasis agama untuk kepentingan politik yang mengancam persaudaraan sesama anak bangsa.

Selanjutnya, Ikanu berharap seluruh elemen bangsa ikut mendukung upaya penguatan NKRI sebagai kedaulatan politik yang disepakati dan menanggulangi ancaman-ancaman yang berpotensi melemahkannya.

"Ikanu juga mendesak elite politik untuk tidak memanfaatkan kelompok dan gerakan apa pun yang mengancam NKRI untuk kepentingan politik sesaat," kata Anis.

Persaudaraan sesama anak bangsa atau dalam Islam dikenal dengan Ukhuwwah Wathaniyyah dan kemaslahatan Indonesia, menurut dia, harus menjadi kerangka kerja yang disepakati oleh seluruh warga negara dalam kompetisi politik apa pun.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini

2 dari 2 halaman

Jadi Contoh Negara Muslim

Dalam berdemokrasi, dia berharap bangsa Indonesia justru mampu menjadi contoh bagi negara-negara dunia dan negara muslim pada khususnya.

"Demokrasi harus dipahami sebagai prinsip yang menghormati kebebasan individu dan kelompok dalam hal apa pun selama tidak melanggar, mencederai, serta mengancam hak dan kebebasan individu dan kelompok lain," kata dia.

Pemilu 2014, menurut dia, telah berhasil membelah bangsa Indonesia menjadi kelompok besar politik dan keagamaan yang efeknya dapat dirasakan hingga sekarang mulai dari merebaknya intoleransi dan "hate spin" serta menguatnya otoritarianisme mayoritas dan konservatisme agama.

Oleh karena itu, Ikanu mendesak proses politik dengan puncaknya pada tahun 2019 harus berakhir dengan konsensus nasional, yaitu persaudaraaan sebangsa dan setanah air.

"Tagar bersama bagi kita adalah '2019tetap bersaudara' dan mengimbau untuk menjauhi tagar yang dapat memecah belah eleman anak bangsa," Anis menandaskan. 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

 

  • Presiden Jokowi hibur anak-anak dengan atraksi sulap di peringatan Hari Anak Nasional, di Pekanbaru, Riau.
    Joko Widodo merupakan Presiden ke-7 Indonesia yang memenangi Pemilihan Presiden bersama wakilnya Jusuf Kalla pada 2014

    Jokowi

  • Prabowo