Liputan6.com, Jakarta - Ada cerita menarik dari konflik bersenjata di Aceh yang terjadi tahun 90-an lalu. Saat itu Prabowo Subianto berpangkat letjen dan menjabat Panglima Kostrad. Dia memburu Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Muzakir Manaf. Sebaliknya, Muzakir Manaf ingin menembak bahkan menculik Prabowo untuk dihabisi.
Tak ada yang menyangka dua musuh bebuyutan itu kini bersahabat. Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto mengisahkan peristiwa tersebut.
"Tidak ada orang membayangkan bagaimana Panglima GAM dan Panglima Kostrad bisa jadi satu, saya juga tidak mengerti. Saya selalu cerita, saya bingung karena dulu Beliau kejar-kejar saya dan dan Beliau pun selalu kejar-kejar saya. Begitu ketemu kita saling pelukan, habis itu selesai," kata Prabowo saat berkunjung di Aceh.
Advertisement
Kini, Muzakir Manaf yang akrab disapa orang Aceh dengan panggilan Mualem tersebut menjadi sahabat dekat dengan Prabowo. Bahkan, saat Mualem ingin bergabung dengan Gerindra, Prabowo sempat menolak karena tak ingin Mualem jadi anak buahnya.
"Saya bilang Anda ini Mualem, kalau masuk Gerindra nanti jadi bawahan saya. Saya tidak mau, Anda ini harus jadi sahabat saya. Akhirnya karena Beliau dengan tekad yang kuat terus-menerus, saya terima Beliau masuk dan Insyaallah kita bersama terus untuk Indonesia yang adil dan makmur," ucap Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
Di balik kisah tersebut, Prabowo bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga dari persahabatan, meski pernah berseberangan bahkan bermusuhan.
"Di situ saya ambil hikmah bahwa kita semua saudara, bahwa kita bisa selesaikan masalah dengan keihlasan, kejernihan berpikir. Sehingga saya bersahabat dengan Mualem yang merupakan suatu keanehan," ucap Prabowo Subianto.