Sukses

Ma'ruf Amin: Pernyataan Prabowo Indonesia Miskin Tidak Mendidik

Ma’ruf yakin Indonesia sudah memulai pembangunan ekonomi yang baik dengan meletakkan landasannya di Nawacita periode pertama pemerintahan Jokowi.

Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin, menyebut pernyataan Prabowo Subianto bahwa Indonesia adalah negara miskin, tak mendidik. Menurut dia, pernyataan Prabowo itu justru membuat masyarakat khawatir.

"Pernyataan seperti itu tak mendidik. Pernyataan itu tak memberikan optimisme, bahkan memberikan rasa takut ada kekhawatiran-khawatiran. Seharusnya pemimpin itu memberikan optimisme bahwa masa depan kita akan lebih cerah," ucap Ma'ruf di kediamannya, Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta, Kamis (27/12/2018).

Ma'ruf yakin Indonesia sudah memulai pembangunan ekonomi yang baik dengan meletakkan landasannya di Nawacita periode pertama pemerintahan Jokowi. Karena itu, bila Jokowi terpilih untuk periode kedua, Ma'ruf berharap akan ada lompatan-lompatan yang lebih besar lagi.

"Saya menyebutnya sebagai periode maximize utility. Artinya memaksimalkan manfaat yang sekarang sudah diletakkan pada nawacita pertama, jadi optimisme itu besar sekali," ia mengatakan.

Ma'ruf Amin berpendapat, justru pertumbuhan ekonomi di Indonesia dinilai bagus, bahkan mendapat peringkat ketiga dari aspek pertumbuhannya setelah India dan Cina.

"Bukan hanya pertumbuhan, tapi pemerataannya, dengan adanya infrastruktur dan pelayanan kesehatan, ekonomi kreatif, pendidikan, justru kesejahteraan merata di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Papua juga, kebijakan satu harga, kemudian terjadi pemerataan-pemerataan ke seluruh Indonesia," ujar Ma'ruf.

"Jadi yang dibangun tak hanya Jakarta, Jawa, tapi Papua dan Indonesia lainnya yang ada di berbagai daerah, jadi ada pemerataan sampai ke Aceh, bahwa ada perubahan-perubahan yang signifikan, tanda-tanda itu banyak sekali," tandasnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Fokus Pembangunan

Ma'ruf Amin mengatakan, pembangunan infrastruktur saat ini memang masih fokus di bagian-bagian pusat. Artinya adalah jalan-jalan utama yang dibangun terlebih dahulu.

Hal ini karena pembangunan ke desa tentu membutuhkan waktu, dan juga merupakan tugas dari pemerintahan daerah sendiri.

"Tapi yang penting jalur utamanya sudah dibangun, Jawa sudah, trans-Sumatera sudah dimulai, trans-Papua, trans-Kalimantan, trans-trans itu yang lebih penting. Kalau ke daerah-daerah kan itu tugas Pemda Provinsi dan Pemda Kabupaten, nah yang menyambung itu namanya kerja sinergi antara pemerintah pusat dan daerah," ujar Ma'ruf.

Menurutnya, bila tidak ada infrastruktur atau jalan utama, maka pemerintah tidak akan bisa membawa hasil-hasil produksi ke berbagai tempat.

Dengan adanya infrastruktur utama ini, maka arus barang akan lebih cepat.

"Sekarang Jawa aja, dari Merak sampai Pasuruan sudah ada jalan tol, jadi untuk menyambungkannya sudah tak sulit lagi," kata dia.

"Jadi, tak mungkin-lah dalam tempo 4 tahun sampai ke desa-desa. Itu tak logis lagi, cara berpikirnya begitu," lanjut Ma'ruf.

Ma'ruf menegaskan, pembangunan sampai ke desa ini tidak semudah membalik tangan. Hal seperti ini butuh waktu, begitu juga dengan pembagian biaya, dan pembagian tugas.

"Kalau semua diurus pusat, nah terus pemerintah suruh apa? Provinsi suruh apa? Kabupaten suruh apa?" tandasnya.