Sukses

Kecewa Dipertontonkan Politik Tak Sehat, Puluhan Milenial Ancam Golput

ekspektasi pemilih pemula akan mendapatkan pelajaran politik yang baik tak kunjung didapat. Para elit justru mempertontonkan kampanye yang saling menjatuhkan, bahkan hal-hal yang tidak substant

Liputan6.com, Jakarta - Puluhan anak muda yang tergabung dalam komunitas Saya Milenial Golput (SGM) mengungkapkan kekecewaannya terhadap iklim politik yang disajikan dua kubu pasangan capres-cawapres yang akan bertarung di Pilpres 2019.

Jika tidak ada perbaikan, tidak menutup kemungkinan akan banyak generasi milenial yang memilih golput pada Pemilu tahun ini.

Koordinator SGM, Bagas Denny Saputra mengatakan, ekspektasinya sebagai pemilih pemula akan mendapatkan pelajaran politik yang baik tak kunjung didapat. Menurutnya, para elit justru mempertontonkan kampanye yang saling menjatuhkan, bahkan hal-hal yang tidak substantif dengan Pemilu.

"Kami memiliki keresahan yang sama, kalau begini caranya maka kami cenderung mending golput saja," ujar Bagas saat deklarasi Saya Milenial Golput di Kopi Politik, Jakarta Selatan, Selasa (15/1/2019).

Juru bicara SGM, Saifa El Faruqi menuturkan, dua kubu yang akan bertarung pada April 2019 mendatang dinilai cenderung mengedepankan permusuhan dan saling fitnah. Akibatnya, generasi milenial tidak bisa melihat program atau gagasan apa yang akan dilakukan ketika mereka terpilih nanti.

Seharusnya, kata Saifa, pasangan capres ini menunjukkan program terbaiknya untuk kemajuan bangsa pada masa kampanye saat ini. Bukan justru menciptakan permusuhan dan perpecahan di antara anak bangsa.

"Untuk saat ini kami belum bisa menentukan pilihan, karena yang kami dapatkan adaIah isu-isu hoaks yang berimbas pada kehidupan kami di lingkungan keluarga maupun di kampus," ucap mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) tersebut.

Kaum milenial memang cukup akrab dengan dunia maya, tak terkecuali media sosial. Menurut Saifa, apa yang tersaji di media sosial saat ini tidak lepas dari politik kebohongan, caci maki, dan permusuhan.

"Tim capres A jelekin, fitnah, dan menyerang capres B, begitu juga sebalikanya. Kondisi ini sepertinya sengaja dibiarkan, semangat kebersamaan yang kita miliki seolah hilang karena berbeda pilihan. Apakah ini akan terus dibiarkan," sesalnya.

2 dari 2 halaman

Sisa Waktu

Setidaknya masih ada waktu sekitar 100 hari lagi menuju pemungutan suara. SGM berharap, sisa waktu tersebut dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh dua kubu untuk memperbaiki komunikasi politik mereka.

Mereka berharap, kedua kubu berlomba-lomba adu gagasan dan program untuk kemajuan Indonesia. Bukan menyerang dan menjatuhkan masing-masing kandidat secara personal.

"Stop politik SARA, stop politik hoaks, stop politik adu domba, dan stop (istilah) cebong kampret. Berikan kami kesejukan, kami yakin capres yang bertarung ini adalah anak terbaik bangsa yang bisa membawa perubahan bagi bangsa Indonesia. Ayo bersatu, hentikan permusuhan demi lndonesia jaya," ucapnya.

Lebih lanjut, deklarasi ini bukan berarti SGM mengajak masyarakat khususnya generasi milenial untuk golput pada Pemilu 2019. Namun mereka berharap, gerakan ini dapat memberikan perubahan lebih baik pada iklim politik di Indonesia jelang Pemilu 2019.

"Golput itu bukan pilihan kami generasi milenial, anak-anak muda. Tapi golput bakal jadi pilihan kami ketika kami tidak disuguhkan politik yang sehat yang mendidik," ujar Bagas menandaskan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: