Liputan6.com, Banda Aceh - Kekayaan Aceh akan rempah-rempah dan alamnya turut mempengaruhi makanan tradisional khas Aceh. Lambai, lalapan khas Aceh saat bulan Ramadan ini misalnya. Lambai diracik dari 44 jenis dedaunan.
Namun kini Lambai sudah sulit ditemukan, tergerus dengan jajanan modern dan sulitnya menemukan dedaunan sebagai bahan pokoknya.
"Ini ada bahannya yang sudah kami pesan sebelum puasa kemarin, itupun adanya di kampong-kampong (desa)," ujar Mala (53), salah satu pedagang Lambai di Banda Aceh.
Bagi masyarakat Aceh, Lambai dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan, karena terbuat dari bahan alami. Kini, karena sulit menemukan bahan bakunya, Lambai hanya dibuat saat bulan puasa dan hari-hari penting saja.
"Kalau hari biasa susah yang beli, ini pun yang beli orang-orang tua, ada satu dua orang anak muda (yang membeli), mungkin dia kepengen sekali-kali, karena kalau di kampong-kampong masih banyak yang buat, kalau di kota mana ada (yang bisa membuat Lambai)," tambah Mala.
Untuk membuat Lambai, perlu 44 bahan baku dedaunan yang kemudian dicincang halus. Dedaunan itu di antaranya peugaga (pegagan), daun jeruk purut, daun mengkudu, daun sigeuntot, daun campli buta, daun lawah (jarak), dan lainnya.
Lambai akan semakin nikmat jika disajikan dengan taburan irisan bawang merah, cabai rawit, akar serai, bunga kala, kelapa gongseng serta kacang goreng. (Sun)