Sukses

Pedagang Malioboro Nikmati Untung Lebih di Momen Lebaran

Setelah Lebaran rata-rata mengalami peningkatan omzet hingga 100 persen dibanding hari-hari sebelumnya.

Liputan6.com, Jakarta - Omzet pedagang kaki lima di kawasan sentra wisata belanja Malioboro, Kota Yogyakarta, setelah Lebaran rata-rata mengalami peningkatan signifikan hingga 100 persen dibanding hari-hari sebelumnya.

Pedagang aneka kaus dengan sablon bertema Yogyakarta, Amin, menuturkan, mulai H+1 hingga H+6 Lebaran rata-rata dagangannya laku terjual 80 kaus per hari. "Naik seratus persen, dari hari biasa 40 potong, pada momen Lebaran ini terjual 70 hingga 80 potong per hari," kata dia, Jumat (24/7/2015).

Menurut Amin, puncak penjualan kaus dagangannya telah terjadi pada Senin (H+3). Adapun omzet yang diperoleh per hari mencapai rata-rata Rp 1,5 juta.

"Kalau hari biasa paling tinggi Rp 900 ribu per hari," ucap Amin yang menjual kaus mulai Rp 30.000 hingga Rp 35.000 per potong itu. Ia optimistis tingginya penjualan itu akan terus diperolehnya hingga Minggu 26 Juli 2015 nanti.

"Kondisi seperti ini akan terus berlangsung hingga Minggu, karena Senin pelajar sudah mulai masuk sekolah," imbuh Amin.

Sementara itu, pedagang tas batik di kawasan Malioboro, Temijan mengatakan mulai H+1 hingga H+2 Lebaran rata-rata tas batik dagangannya terjual 25 buah.

"Kalau sekarang bisa meningkat lima kali lipat dari hari biasa," katanya yang menjual tas mulai Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu itu. Dengan tingginya tingkat penjualan barang dagangannya, ia mengaku menambah jam berdagang hingga pukul 24.00 WIB.

"Kalau biasanya jam sepuluh malam sudah tutup, sekarang mulai buka pukul 09.00 bisa sampai jam 12 malam," kata dia.

Selain para pedagang kaki lima, para pengemudi andong atau kereta kuda khas Yogyakarta, juga turut menikmati keuntungan dari ramainya kunjungan wisatawan di kawasan Malioboro.

Seorang pengemudi kereta kuda, Ngudi Wiyono mengatakan, dalam sehari mampu mendapatkan empat hingga lima rombongan penumpang yang ingin berkeliling pusat Kota Yogyakarta.

"Hari biasanya paling hanya satu, dua rombongan saja," kata Ngudi yang meningkatkan tarif kereta menjadi Rp 150 ribu sekali putaran, dari hari biasa Rp 100 ribu. (Ant/Nrm/Mut)