Liputan6.com, Jakarta Momen Ramadan diprediksi akan meningkatkan penjualan produk makanan dan minuman di dalam negeri. Penjualan diprediksi naik hingga 20 persen. Permintaan makanan dan minuman terutama saat buka puasa dan sahur.
‎Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan, pada bulan puasa tahun lalu, penjual produk mamin hanya tumbuh 5 persen. Angka ini turun signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Advertisement
Baca Juga
"Tahun lalu pertumbuhan penjualan di Ramadan hanya 5 persen. Dan tahun ini perkiraan saya bisa kembali normal, sekitar 20 persen. Kalau dulu biasanya 20-30 persen. Tapi perkiraan saya bisa 20 persen," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta.
Adhi menjelaskan, pada Januari-Februari 2018, penjualan produk mamin sedikit lambat. Namun, pada Maret mulai ada peningkatan dan April tumbuh cukup signifikan.
"Kalau kita lihat perkembangan penjualan pada 2018, di dua bulan pertama memang agak lambat. Kemudian di Maret sudah mulai ada peningkatan dan April cukup bagus, ada peningkatan yang signifikan. Harapannya Mei juga (bagus). Perkiraan saya sampai Lebaran akan berlanjut. Perkiraan pertumbuhan penjualan rata-rata di atas 20 persen," dia menjelaskan.
Menurut Adhi, faktor pendorong pertumbuhan penjualan ini karena pertumbuhan ekonomi yang lebih baik sehingga membuat daya beli masyarakat menjadi lebih baik. Selain itu, pada Ramadan dan Lebaran tahun ini tidak berbarengan dengan tahun ajaran baru sekolah.
"Tahun lalu itu karena bersamaan dengan anak masuk sekolah. Kemudian juga kondisi ekonomi tahun lalu lebih lambat dibandingkan tahun ini. Perkiraan saya pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih bagus dan momennya tidak bentrok dengan yang lain seperti tahun ajaran baru sekolah," tandas dia.