Liputan6.com, Denpasar - ‎Anggota DPRD Bali I Gusti Komang Kresna Budi menyanyangkan banyaknya pekerja asing dalam pengelolahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Celukan Bawang yang dikelolah China Huadian Engineering Co. Ltd (CHEC).
Kresna Budi menyatakan, dari data yang dihimpun pihaknya, jumlah pekerja konstruksi PLTU yang berada di desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng itu, mencapai 1.500 orang. Sementara untuk pengoperasian dan pemeliharaan sebanyak 500 pekerja. Dari jumlah itu, pekerja dari Tiongkok mendominasi.
"Listrik itu kan hajat orang banyak, seharusnya dikuasai negara. Mayoritas pegawai PLTU Celukan Bawang orang Tiongkok. Ini kan Indonesia, Berdayakan dulu dong warga negara kita," tegas Kresna Budi saat ditemui Liputan6.com, Bali, Selasa (18/8/2015).
Menurut Kresna Budi, dalam konteks alih teknologi, keberadaan pekerja lokal sangat penting. Kehadiran pekerja Indonesia di PLTU ini harus pada posisi strategis.
"Bukan cuma menjadi satpam. Bagaimana mau alih teknologi kalau hanya satpam," tukas dia.
Apalagi, lanjut dia, dalam konteks hubungan bernegara Indonesia-Tiongkok tak selalu harmonis.
"Pasti ada pasang surut. Begitu surut, kita diboikot, mati dong Bali," papar dia .
Tidak hanya didominasi pekerja Tiongkok, dari informasi yang dihimpun Kresna Budi di lingkungan PLTU Celukan Bawang, komunikasi dan tulisan menggunakan Bahasa Tiongkok.
"Sepatutnya dan sewajarnya menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan saya dengar bendera perusahaan lebih tinggi dari Merah Putih. Saya akan cek, kita akan turun. Kita carikan solusi yang baik,"tegas Kresna Budi. (Ron/Mut)