Sukses

Disebut Lumbung Asap, Jumlah Titik Api di Sumsel 3.722 Titik.

Pada 2 Oktober jumlah titik api menurun jadi 126, lalu pada 3 Oktober meningkat drastis menjadi 1.355.

Liputan6.com, Palembang - Sumatera Selatan (Sumsel) kini tidak hanya terkenal sebagai lumbung padi saja. Karena kabut asap yang tebal, Sumsel saat ini juga dijuluki sebagai lumbung asap. Predikat ini seakan selaras dengan total titik api (hotspot) pada Oktober ini yang menembus angkla 3.722 titik, berdasarkan pemantauan Satelit Tera Aqua Modis.

Meski tergolong masih banyak, menurut Gubernur Sumsel Alex Noerdin, jumlah titik api di Oktober sudah jauh berkurang dibandingkan pada September lalu yang mencapai 11.285 titik api.

"Jumlah hotspot belum berarti fire spot. Kalau dikatakan lumbung asap, rasa-rasanya tidak juga. Kalau ada yang terbakar pasti ada asapnya, ini juga ada data yang sebenarnya, jadi tidak bisa dibantah," kata Alex kepada Liputan6.com, Jumat (9/10/2015).

Dia menambahkan, "hotspot jauh berkurang dari awalnya. Kalau daerah lain mau menyinggung, arah angin juga sering berubah-ubah, kadang dari selatan ke utara, kadang sebaliknya. Kadang dari timur ke selatan. Jadi, jangan saling menyalahkan, bukan kemauan kita juga."

Terhitung sejak 1 Oktober 2015, jumlah titik api yang terdeteksi 757 titik. Jumlah ini menurun jadi 126 hotspot pada 2 Oktober, lalu pada 3 Oktober meningkat drastis menjadi 1.355 hotspot. Jumlahnya fluktuatif hingga pada 7 Oktober menurun di angka 239 hotspot. Total jumlah titik api pada Oktober 3.722 titik.

Sementara luas areal terbakar berdasarkan Citra Satelit Landsat 8 dan 7 pada periode Juni hingga September 2015, seluas 128.314 hektare. Jumlah itu tersebar di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) 88.267 hektare, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) 34.187 hektare, dan Kabupaten Ogan Ilir (OI) 5.860 hektare.

Merujuk data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumsel, prediksi musim kemarau dan kekeringan di Sumsel akan berlangsung cukup lama hingga awal Desember mendatang. Fenomena ini sangat berbeda dibanding tahun kemarin yang sudah memasuki musim hujan pada pertengahan Oktober atau awal November.

Disinggung tentang kebakaran baru yang terjadi di Kabupaten OKI, Alex Noerdin memakluminya. Sebab, kondisi kebakaran tersebut bisa menjalar ke mana-mana.

"Kalau ada kebakaran baru di Kabupaten OKI, api itu bukan cuma menjalar, tapi bisa melenting ke arah lain. Lentingan api itu sangat memungkinkan membakar ke tempat baru. Jadi kita fokus saja memadamkan kebakaran di tempat masing-masing, kalau kerugiannya belum bisa dihitung," ujar Alex Nurdin. (Sun/Ans)