Liputan6.com, Denpasar - Bertempat di Lapangan Renon, Denpasar, Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menggelar syukuran atas pengakuan UNESCO atas 9 tari Bali sebagai warisan budaya dunia tak benda.
Acara itu merangkum kesembilan tarian dalam sebuah tari kolosal.
Penelitian dan pengkajian ke-9 tari itu membutuhkan waktu 1 tahun. Hasil pengkajian mengungkapkan perbedaan 9 tari tersebut dengan tari lain di Indonesia.
Â
Baca Juga
Baca Juga
"Pembedanya itu dari fungsi, sejarah dan gaya tarian. Fungsi dan sejarahnya itu kekhasan tarian Bali. Dan, gaya tarian itu beda terutama pada cara pokok mereka berdiri," ungkap I Made Bandem, salah satu pengkaji di Denpasar, Bali, Minggu (13/12/2015).
Ia menyatakan kesembilan tari terpilih itu mewakili seluruh tarian Bali yang tercatat lebih dari 40 jenis. Tarian itu, sambung Bandem, lahir sejak zaman kerajaan Bali kuno.
Bandem menyatakan masing-masing tari memiliki fungsi sendiri. Tari Sang Hyang, Rejang, dan Baris Gede, misalnya, lahir pada zaman Kerajaan Bali kuno sekitar abad ke-9 sampai ke-14. Tarian yang lahir pada fase itu disebut tarian klasik.
"Pada saat itu tarian itu masih bersifat ritual, komunal. Tari saat itu banyak improvisasi," terang Bandem.
"Cara penari berdiri itu lutut mengarah ke luar, ekspresi muka luar biasa. Dramatik konten melalui gerakan mata," tambah Bandem.
Advertisement