Liputan6.com, Surabaya - Abu vulkanik yang dihasilkan Gunung Bromo pada saat erupsi tak lantas membuat warga khawatir dengan kondisi tanaman mereka.
Sebab, menurut Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur Wibowo Eko Putro, adanya hujan membuat debu silikat yang dihasilkan dari erupsi Gunung Bromo justru menjadi pupuk haramikro. Pupuk ini membuat kentang semakin baik dan tahan terhadap organisme pengganggu tumbuhan.
Menurut Wibowo, sebagian besar kawasan Tosari, ditanami kentang. Sampai saat ini kondisi tanaman itu masih baik.
"Belum lama ini saya bersama tim ke sana memantau langsung dan area pertanaman kentang masih baik," kata Wibowo di Surabaya, Selasa 5 Januari 2016.
"Area pertanaman di sana, sifatnya bergiliran dengan gandum karena berada di dataran tinggi yang tanahnya berada di 1.200 meter di atas permukaan laut," lanjut dia.
Sementara area pertanaman padi, jagung dan kedelai, kata Wibowo debu vulkanik tak akan berpengaruh karena tanaman tersebut berada di dataran rendah.
"Yang pasti, tim dari Dinas Pertanian sudah siap mengantisipasi persoalan tanaman di sekitar Bromo, terlebih dengan pengalaman kejadian serupa sebelumnya," ujar Wibowo.
Baca Juga
Kondisi Bromo
Kepala Pelaksana BPBD Jatim Sudarmawan mengatakan, berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur pada Selasa 5 Januari 2016, pukul 06.00 sampai dengan 21.00 WIB, cuacanya terpantau cerah dan angin bertiup tenang dengan suhu 11 sampai 28 derajat celcius.
"Asap kelabu kecoklatan tebal tampak jelas dengan tekanan sedang hingga kuat yang tingginya sekitar 1.200 meter dari puncak ke barat sampai barat laut," imbuh Sudarmawan.
Sedangkan, berdasarkan data seismiknya, yakni tremor amax 3 sampai 20 mm dominan 5 mm. Tak hanya itu, suara gemuruh juga masih terus terjadi dari kawah. Sehingga disimpulkan bahwa Gunung Bromo masih berstatus Siaga dengan titik aman 2,5 kilometer dari kawah.
"Tapi, bagi wisatawan yang berkunjung dan ingin menikmati keindahan Gunung Bromo saat erupsi dipersilakan. Selama tak melewati jarak aman maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujar Sudarmawan.