Liputan6.com, Surabaya - Kelangkaan pasir berkualitas bagus yang dihasilkan dari tanah kelahiran aktivis lingkungan Salim Kancil di Selo Awar-Awar, Lumajang yang mati dibunuh 'mafia pasir', mempengaruhi harga pasir maupun harga pekerjaan konstruksi di beberapa daerah di Jawa Timur.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Provinsi Jawa Timur, Muhammad Amin, di Hotel Shangri-La Surabaya.
"Pasir Lumajang itu bagus kualitasnya. Kalau Pasirnya jelek maka akan memerlukan tambahan biaya untuk membeli semen atau zat adiktif lainnya untuk meningkatkan kualitasnya," kata Amin kepada wartawan di Surabaya, Minggu (10/1/2016).
Baca Juga
Amin menambahkan, untuk itu pihaknya akan meminta arahan kepada Gubernur Jatim Soekarwo untuk mengatasi masalah pasir Lumajang.
"Kita sangat berharap kepada Pemprov Jatim untuk segera ditata kembali pasir Lumajang itu agar pasokan pasir untuk pembangunan di Jawa Timur bisa lebih lancar kembali," imbuh Amin.
Amin juga menyampaikan, efek yang sangat dirasakan oleh para kontraktor di jatim ketika tidak ada pasir Lumajang adalah pasir dari daerah lain yang awalnya Rp 100 ribu, harganya akan ikut merangkat naik.
"Pasir Lumajang yang harganya Rp 125 ribu dengan kualitas bagus masih bisa kita terima. Akan tetapi karena kahadirannya tidak ada, maka pasir dari daerah lain harganya akan merangkak naik," pungkas Amin.