Sukses

Perkenalkan, Barrataga Rumah Tahan Gempa

Barrataga ditargetkan bisa dipahami oleh sekitar dua per tiga jumlah penduduk Indonesia.

Liputan6.com, Yogyakarta - Masyarakat di Indonesia perlu mengenal konsep rumah Barrataga atau bangunan rumah tahan gempa. Terlebih, Indonesia merupakan wilayah cincin api yang memiliki potensi gempa tinggi.

"Ditargetkan Barrataga ini bisa dipahami oleh sekitar dua per tiga jumlah penduduk Indonesia. Dengan begitu, ancaman bencana gempa tersebut bisa mengubah paradigmanya menjadi suatu kejadian yang bermanfaat," ucap pakar gempa dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Sarwidi seperti dilansir Antara, Minggu (17/1/2016).

Menurut dia, secara bertahap dirinya akan menyosialisasikan konsep Barrataga kepada masyarakat Indonesia. Sosialisasi tersebut di antaranya membuka beberapa museum gempa di kota-kota besar. Seperti yang saat ini sudah ada, yaitu di kawasan Kaliurang, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Konsep Barrataga sendiri, sebenarnya sudah disosialisasikan ke sekitar seribu orang mandor sejak sekitar tahun 2001 dan tahun 2002. Banten, Garut, Banjar, Sukoharjo. Terutama di daerah selatan. Termasuk di daerah Bantul, yang pada 2006 terkena bencana gempa besar," beber Sarwidi.

Sarwidi menggungkapkan pula, hasilnya cukup memuaskan, mereka yang rumahnya menggunakan konsep ini kerusakannya tidak terlalu parah. Yaitu memperkuat simpul balungannya. Serta, di bawah fondasi bangunan diberikan pasir dengan ketebalan minimal 20 centimeter.

"Dengan sosialisasi ke masyarakat ini, diharapkan paradigma mereka mengenai gempa bisa berubah. Yaitu dari yang jahat menjadi bermanfaat. Sebab, gempa sangat dibutuhkan agar bumi tak meledak. Rumah rusak terdampak gempa boleh, tapi tidak membahayakan penghuni," urai Sarwidi.

Sementara itu Kepala Seksi Observasi Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Bambang Subagyo mengatakan bencana gempa akan kembali terulang. Meski sampai sekarang belum ada satupun alat yang bisa memprediksinya.

"Masih sebatas penelitian-penelitian, belum ada satu pun yang bisa memprediksi kapan gempa itu akan terjadi," tutup Bambang.