Sukses

Cerita Mantan Anggota Gafatar Hampir Melahirkan di Penampungan

Beberapa dari mereka juga mengeluhkan, ada yang sudah diusir keluarganya karena menjadi pengikut Gafatar.

Liputan6.com, Surabaya - Sehari pascatiba dari Kalimantan Barat, mantan pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) masih berada di penampungan Transito milik Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Pemprov Jawa Timur, di Jalan Margorejo Surabaya.

Banyak kegiatan yang digelar Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta kepolisian di sana. Mulai dari validasi data, silaturahmi dengan SKPD Pemprov Jatim, hingga Opera Wayang Polisi.

Selain kegiatan tersebut, ada juga peristiwa unik di penampungan. Di antara eks anggota Gafatar harus dilarikan ke rumah sakit, lantaran akan melahirkan anaknya yang ke-4.

Mamik Kasiati, perempuan 31 tahun asal Madiun, Jawa Tengah itu langsung dibawa ke rumah sakit Asrama Haji. Karena sudah mengalami pendarahan atau pembukaan ke-2.

"Diperkirakan 2 hari lagi sudah melahirkan," kata Kepala Bidang Kewaspadaan Bakesbangpolinmas Jatim Edi Supriyanto usai silahturahmi dengan eks anggota Gafatar, Sabtu 23 Januari malam.

Menurut Edy, terkait biaya persalinan Mamik masih dibicarakan dengan pimpinannya.

"Yang jelas tugas saya di sini hanya mengawasi dan bertanggung jawab menyediakan segala kebutuhan mereka yang kurang, seperti makan, minum, pakaian, dan tempat," tandas Edi.


Keluh Kesah

Dalam kegiatan silahturahmi tersebut, beberapa di antara eks anggota Gafatar menyampaikan beberapa kebutuhan mereka. Termasuk, keluh kesah mereka saat kembali ke rumah tinggalnya nanti.

Dari penghuni barak 1 sampai barak 9, mereka mengaku kekurangan pakaian dan celana dalam untuk anak-anak, wanita, dan laki-laki. Karena umumnya pakaian mereka sudah hangus terbakar saat peristiwa di Mempawah, Kalimantan Barat.

Mereka juga minta Pemrov Jatim menyediakan ember, sabun cuci, jemuran, dan air panas, serta gula putih. Mereka juga berharap hari kedua, Pemprov Jatim menyediakan makanan bayi berupa bubur nasi, bukan bubur instan.

Beberapa dari mereka juga mengeluhkan, ada yang sudah diusir keluarganya karena menjadi pengikut Gafatar. Ketika kembali ke rumah tinggalnya, mereka khawatir keluarganya tidak mau menerima.

Di antara mereka juga ada yang tidak mau diperiksa sidik jari dan difoto, karena terkesan seperti pelaku kriminal. Mereka berharap keluarganya menjemput, dan tidak perlu pengawalan anggota kepolisian dan TNI agar tidak menimbulkan gaduh.