Liputan6.com, Surabaya - Keharuan menyelimuti keluarga Suharijono. Erri, sang anak yang hilang dan dikabarkan bergabung dengan Gerakan Gafatar atau Gafatar sejak 17 Agustus 2015, telah kembali ke pangkuan mereka.
Mahasiswa berusia 21 tahun yang duduk di semester V Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu pulang ke rumah keluarganya di Perumahan TNI AL, Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur, Selasa 26 Januari 2016.
"Orangtuanya, terutama bapaknya sudah kami kasih tahu, dan telepon bahwa anaknya itu sudah pulang," ucap Soemarno Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik serta Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpol Linmas) Surabaya kepada Liputan6.com, Selasa, 26 Januari 2016.
Namun, menurut Soemarno, orangtuanya itu belum memberikan penjelasan panjang terkait anaknya tersebut. Suharijono hanya memberitahukan bahwa anaknya itu sudah pulang.
"Katanya belum sempat ngobrol panjang, makanya tidak tahu alasan dan sebagai itu," tutur Soemarno.
Baca Juga
Orangtua Erri hanya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang selama ini telah membantu mencari anaknya itu hingga saat ini sudah kembali ke rumahnya. "Kami hanya jawab itu adalah tugas kami," papar dia.
2 PNS Dipulangkan
Soemarno menambahkan, selain Erri, ada juga 2 pegawai negeri sipil Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya yang sudah pulang ke Surabaya.
Mereka adalah Achmad dan Sudjito. Keduanya sudah didata di Asrama Transito, dan sudah pulang bersama rombongan eks Gafatar dari Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat ke Surabaya. "Rifai sudah pulang ke rumahnya, yang Sudjito masih di Transito," beber Soemarno.
Namun begitu, Soemarno belum mengetahui alasan Sudjito masih belum diperbolehkan meninggalkan Asrama Transito, sehingga dia meminta untuk menanyakan langsung informasi itu ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Dikonfirmasi terpisah melalui telepon seluler, Suharijono membenarkan bahwa anaknya sudah kembali ke rumahnya sejak Senin dini hari lalu.
"Alhamdulillah mas tepatnya sekitar pukul 02.30 WIB, sudah sampai di Surabaya. Dan tentu kami sekeluarga senang tak terhingga karena anak yang selama ini kami cari dan sangat kami rindukan sudah pulang kembali ke pelukan kami," ucap Suharijono dengan nada suara berat dan menahan haru.
Advertisement
358 Eks Gafatar Jatim Sudah Dipulangkan
Pantauan Liputan6.com, Selasa (26/1/2016), Asrama Transito Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Jawa Timur berangsur-angsur ditinggalkan eks pengikut Gafatar.
Berdasarkan data yang diperoleh Liputan6.com, ada 730 warga eks Gafatar asal Jatim sejak Selasa pagi tadi pukul 09.00 hingga 16.00 WIB menempati Asrama Transito di Jalan Margorejo No 74, Surabaya. Dengan rincian pada hari pertama tercatat 398 orang, sedangkan hari kedua terbilang 332 warga.
"Sementara itu ada total 358 orang yang kami pulangkan ke pemda atau pemerintah terkait di Jawa Timur. Untuk yang belum dipulangkan ada 372 orang," ungkap Sofwan selaku Asisten III Kesejahteraan Provinsi Jawa Timur.
Menurut Kepala Bidang Kewaspadaan Bakesbangpol linmas Provinsi Jatim Edi Supriyatno, eks pengikut Gafatar yang sudah dipulangkan ke kabupaten atau kota. Banyuwangi, mislanya, tercatat 18 orang yang terdiri dari 4 kepala keluarga.
Selain itu, lanjut Edi, eks Gafatar warga Surabaya sebanyak 15 orang yang terdiri dari 5 kepala keluarga. Selanjutnya, warga eks anggota Gafatar asal Tuban terdiri dari 6 orang dari 2 kepala keluarga.
Sementara itu warga Pamekasan hanya tercatat 1 orang. Namun informasi yang diperoleh Liputan6.com akan datang lagi eks anggota Gafatar asal Jawa Timur transportasi laut.
Advertisement
Pelatihan Khusus
Sementara di Banten, pemerintah provinsi setempat menjadwalkan program pelatihan keterampilan bekerja, pemahaman agama, dan bela negara kepada para mantan anggota Gafatar.
"Tidak ada yang diperlakukan khusus terhadap warga eks Gafatar. Namun telah disiapkan progran pembinaan untuk mengembalikan pola pikir warga eks Gafatar," ujar Gubernur Banten Rano Karno, Selasa 26 Januari 2016.
Selain itu, para anak-anak dari orangtua yang menjadi anggota Gafatar pun harus diberi perhatian khusus. Agar masa depan mereka terjamin.
"Tolong terima mereka (anak-anak) seperti sediakala. Apalagi anak-anaknya yang tidak tahu akan orangtuanya yang menjadi pengikut ormas tersebut," ucap Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Banten Iip Syafruddin.
Ia pun berharap anak-anak tak menjadi korban dari orangtuanya yang menjadi anggota Gafatar. Dengan demikian, mereka tetap harus diberikan hak sebagai seorang anak untuk tetap meraih masa depannya dan tak ada stigma negatif kepada mereka.
"Seperti hak bermain, pendidikan, kesehatan, Perlindungan, dan lainnya. Dalam hal Perlindungan terhadap Anak, hal ini diatur dalam UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak," kata Iip.
"(Yakni), Pasal 59 poin A dan atau C, bahwa anak-anak ini masuk pada kriteria anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus. Harus dilakukan upaya-upaya rehabilitasi sosial bagi mereka, khususnya anak-anak," tutup dia.
Eks Gafatar Riau Dipulangkan
Di Kota Pekanbaru, 13 warga Riau yang diduga pernah bergabung dengan organisasi Gafatar dipulangkan Kementerian Sosial (Kemsos) menggunakan pesawat terbang di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II, Selasa sore 26 Januari 2016. Mereka sebelumnya berada di tempat penampungan dan pernah tinggal di Kalimantan Barat untuk organisasi tersebut.
Saat dikonfirmasi, juru bicara Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo SIK membenarkan informasi tersebut. Mantan Kapolres Pelalawan ini menyebutkan, 13 orang tersebut berasal dari beberapa kabupaten atau kota di Riau.
"Setelah itu tiba di Pekanbaru, masing-masing Dinas Sosial kabupaten/kota di Riau akan mendata mereka," ujar Guntur.
Setelah didata, mereka akan dipulangkan melalui darat dengan beberapa bus dengan pengawalan ketat kepolisian. "Kita yang mengawal mereka, hingga sampai ke rumah keluarga masing-masing," beber Guntur.
Terkait identitas mereka, Guntur mengaku belum mendapat data dari Dinas Sosial. Sebab, kepolisian hanya bertugas mengamankan. "Kalau datanya, bisa dicek ke Dinas Sosial Provinsi Riau."
Secara terpisah, Kepala Dinas Sosial Provinsi Riau Sarifuddin membenarkan terkait pemulangan 13 orang warga Riau yang diduga bergabung dengan Gafatar tersebut.
"Seluruh anggota Gafatar termasuk yang dari Riau semuanya dipulangkan," ujar dia singkat.
Advertisement
Gafatar Terdeteksi di Bengkulu
Adapun keberadaan puluhan anggota aliran Gafatar terdeteksi melakukan aktivitas di Bengkulu. Kepala Kantor Kesbangpol Linmas Provinsi Bengkulu Misran Musa menyatakan, lebih 20 anggota Gafatar terdeteksi di Kecamatan Ketahun, tepatnya di wilayah kawasan Transmigrasi Unit D7, Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi.
"Kita minta pihak Kesbangpol Linmas Kabupaten Bengkulu Utara agar dapat memberikan laporan terkait hasil pemantauan dan perkembangannya," ujar Misran di Bengkulu, Selasa, 26 Januari 2016.
Sejauh ini dari penelusuran, imbuh Misran, terungkap para pengikut Gafatar itu menggelar pengajian di mana tidak boleh ada orang dari luar untuk ikut dalam kegiatan tersebut.
Kesbangpol Linmas Bengkulu juga memantau pergerakan Gafatar di kota Bengkulu, sebelumnya terdapat kantor Gafatar di Kelurahan Kebun Beler, Kecamatan Ratu Agung. Namun sejak kasus pembakaran permukiman Gafatar di Mempawah, Kalimantan Barat mencuat, para pengikut aliran ini menghilang.
Belakangan diketahui, markas Gafatar tersebut berubah nama menjadi Yayasan Panti Asuhan Al Marhamah yang bergerak untuk kegiatan sosial.
"Untuk Gafatar di Kota Bengkulu, pergerakannya masih stagnan. Tapi tetap saja kita lakukan pemantauan serius, meskipun markasnya sudah berubah menjadi Kantor Yayasan Panti Asuhan Al Marhamah," beber Misran.
Sebab, imbuh Misran, orang-orang yang menjadi pengurus di yayasan panti asuhan tersebut adalah orang yang sama di Gafatar tersebut.