Liputan6.com, Malang - Anak berusia 5-15 tahun mendominasi pasien penderita demam berdarah (DB) di Kota Malang, Jawa Timur. Jumlah kasus DB di Kota Malang berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat sepanjang Januari 2016 ini tercatat ada 15 kasus dan seorang di antaranya meninggal dunia.
"Mungkin di lingkungan sekolah mereka kurang bersih dan ditambah lingkungan rumahnya juga. Salah seorang pasien meninggal dunia usianya masih 20 bulan. Ada keterlambatan penanganan dari pihak orangtuanya," kata Kepala Dinkes Kota Malang, Asih Tri Rachmi Nuswantiri, di Malang, Senin (1/2/2016).
Dalam beberapa bulan terakhir, kasus penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti di Kota Malang cenderung meningkat. Pada November 2015 ada 14 kasus dan di Desember 2015 ada 5 kasus dan di Januari tahun ini 15 kasus. Secara keseluruhan di sepanjang tahun 2015 lalu total ada 298 kasus dengan 3 orang di antaranya meninggal dunia.
"Kasus DB merata di 5 kecamatan, tapi paling banyak temuannya di Kecamatan Kedungkandang. Persisnya di Kelurahan Madyopuro dan Sawojajar," ujar Asih.
Baca Juga
Kecamatan Kedungkandang paling banyak temuan lantaran ini masuk kawasan pinggiran dengan pemukiman kurang layak. Padahal salah satu cara mencegah DB adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan. Masyarakat masih menganggap cara paling efektif memberantas DB adalah fogging atau pengasapan.
"Padahal paling efektif itu ya pencegahannya dengan cara pemberantasan sarang nyamuk. Kebersihan lingkungan sekitar itu paling utama. Fogging hanya memberantas nyamuk dewasa, sedangkan jentik nyamuk tetap hidup," tutur Asih.
Dinkes sendiri baru melakukan fogging jika ada permintaan warga. Di tiap kecamatan disiapkan masing-masing 2 alat fogging. Untuk cairan sebagai obat dalam fogging disiapkan 50 liter per bulan dan belum tentu habis dalam sebulan.