Liputan6.com, Jambi - Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menemukan infeksi virus Zika terdapat di Indonesia, yakni di Provinsi Jambi. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Andi Pada memastikan, penderita adalah seorang laki-laki berusia 27 tahun yang belum pernah ke luar negeri.
"Sebenarnya virus ini sudah terdeteksi sejak lama dan di Indonesia baru di Jambi," ujar Andi Pada saat dihubungi, Senin malam, 1 Februari 2016.
Menurut Andi, virus Zika ditemukan saat Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sedang meneliti demam berdarah di Jambi. 200 sampel yang diuji dinyatakan negatif DBD. Namun, saat pengujian laboratorium pada beberapa sampel negatif, peneliti menemukan 1 sampel positif terjangkit virus Zika.
Andi menerangkan virus tersebut ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti, yakni vektor virus Dengue. Dengan fakta itu, ia mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan melakukan pencegahan seperti halnya mencegah penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Baca Juga
"Jangan resah. Tetap waspada dengan gejala demam ini, karena sebenarnya pencegahannya sama dengan ny
amuk demam berdarah," ujar Andi.
Ia berharap agar pemerintah pusat bisa memfasilitasi penelitian lebih lanjut mengenai keberadaan virus Zika di Jambi. Pertimbangannya adalah kasus itu bergulir di masyarakat dan dikhawatirkan cukup sulit untuk dideteksi. Pendeteksiannya pun harus melewati uji laboratorium khusus.
"Sebagai antisipasi awal, kami minta masyarakat untuk waspada sama seperti kasus DBD. Mencegah berkembangnya jentik nyamuk DBD di lingkungan sendiri," imbuh Andi.
Andi menambahkan, meski virus Zika sudah terdeteksi di Jambi, kasus Microchepaly belum ditemukan di Jambi. Berdasarkan hasil penelitian Eijkman, virus Zika berbahaya bagi kalangan ibu hamil karena bisa mengakibatkan gangguan pada janin yang menyebabkan bayi mengalami ukuran kepala kecil.
"(Microchepaly) belum ada kasusnya (di Jambi). Bisa saja disebabkan karena faktor lain. Makanya, ini perlu penelitian lebih lanjut," ucap Andi Pada.
Berdasarkan catatan Dinkes Kota Jambi, Kota Jambi menjadi salah satu daerah endemik DBD di Provinsi Jambi. Hingga Januari 2016, tercatat ada 210 kasus DBD, 2 di antaranya meninggal dunia.
"Paling banyak terjadi di Kecamatan Kotabaru dan Jambi Selatan," ujar Kabid Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Kota Jambi Nur Idra Yeti.
Advertisement