Sukses

Walhi Cemas Proyek Kereta Api Cepat Ancam Sumber Air Bandung

Tergusurnya bangunan dan alih fungsi lahan akan menghilangkan dan memperberat beban sabuk hijau (green belt) di kawasan cekungan Bandung.

Liputan6.com, Bandung - Berdasarkan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), sebanyak 2.500 bangunan permukiman dan nonpermukiman akan tergusur sebagai dampak proyek pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung. Lebih dari 900 kepala keluarga akan kehilangan tempat tinggalnya akibat penggusuran itu. Selain itu, 800 hektare lahan hutan, kebun, sawah dan ladang akan bernasib serupa.

"Padahal kalau kita periksa di lapangan, arti penting bagi kawasan Bandung Barat di wilayah Barat di kaki Gunung Gedogan, Gunung Burangrang itu adalah kawasan resapan juga. Itu juga akan berpengaruh terhadap hilangnya kawasan resapan dan sumber-sumber air," ujar Direktur Walhi Jawa Barat Dadan Ramdan di Kantor Walhi Jawa Barat, Jalan Piit, Bandung, Selasa (2/2/2016).

Dadan mengatakan, selain di kawasan Bandung Barat, daerah lain yang akan mengalami penggusuran adalah di kawasan Gedebage, Kota Bandung seluas 15.000 hektare; Walini 20.000 hektare; Karawang ribuan hektare serta Kabupaten Bandung seluas 5.000 hektare.

Dia menjelaskan, pada lahan tergusur itu akan dibangun stasiun akhir dan depo. Kawasan Gedebage Kota Bandung, contohnya, akan dibangun stasiun akhir dan depo, sedangkan di kawasan Walini akan dibangun 15 stasiun kereta dan di Karawang didirikan 11 stasiun kereta.

Pembangunan di kawasan tersebut akan berakibat berkurangnya lahan resapan dan mata air, serta tingginya harga properti. Meski di daerah terdampak proyek pembangunan kereta api cepat itu telah berdiri bangunan industri yang telah mengalih fungsi lahan.

Walhi Jawa Barat menyatakan, tergusurnya bangunan dan alih fungsi lahan akan menghilangkan dan memperberat beban sabuk hijau (green belt) di kawasan cekungan Bandung.