Liputan6.com, Malang - Aroma harum dupa menyelimuti kelenteng Eng An Kiong yang terletak di Jalan Raya Martadinata 1 Kota Malang, Jawa Timur. Di altar pemujaan paling depan kelenteng, beberapa orang dengan telaten mencuci sejumlah patung dewa-dewi.
Air penuh bunga dipakai untuk mencuci patung tersebut. Hanya mereka yang tak makan daging selama 2 hari terakhir yang boleh menyucikan patung dewa itu. Penanda bahwa mereka telah suci sebelum melakukan ritual.
“Daging hewan itu melambangkan nafsu, maka diri kita harus suci dulu sebelum menyucikan patung dewa. Menjadi vegetarian dulu sebelum melakukan ibadah ini,” kata Rohaniawan Kelenteng Eng An Kiong, Bonsu Anton Triyono di Malang, Jawa Timur, Selasa 2 Februari kemarin.
Mencuci patung dewa merupakan ritual yang digelar di Kelenteng Eng An Kiong. Sebelumnya, seluruh umat kelenteng yang hadir terlebih dahulu sembahyang di 24 altar di dalam kelenteng. Ini bagian dari ritual menghantar dewa ke atas langit.
Baca Juga
“Ini ibadah Shung Sen, dilakukan 6 hari sebelumImlek untuk mengantar Fuk Tek Cieng atau Dewa Bumi ke langit,” ucap Bonsu Anton.
Dalam keyakinan mereka, Dewa Bumi akan terbang ke langit untuk melaporkan apa yang sudah dilakukan umatnya di bumi selama setahun ini.
Nanti, 4 hari setelah perayaan Imlek masih ada lagi ritual Cik Sen atau menjemput Dewa Bumi turun dari langit, agar merestui apa yang akan dilakukan umat selama setahun ke depan.
Advertisement
Kelenteng Eng An Kiong merupakan kelenteng tertua di wilayah Malang Raya. Didirikan pada 1825 Masehi atau tanggal 6 bulan 6 tahun Imlek dalam sistem penanggalan Lunar (Konghucu).
'Eng' berarti abadi, 'An' artinya Keselamatan dan 'Kiong' adalah istana. Dengan demikian, Kelenteng Eng An Kiong berarti Istana Keselamatan yang Abadi.
“Ini sesuai visi misi dewa kami bahwa ingin menciptakan keselamatan yang abadi dan sejahtera gemah ripah loh jinawi bagi umatnya,” pungkas Bonsu Anton.