Sukses

Festival Musik Ritual Pertama di Dunia Meriahkan GMT di Sulteng

Peserta festival untuk memeriahkan GMT itu dari Indonesia, Belanda, Australia, Amerika, India, Cina, Afrika, Korea, Uzbekistan, dan Afrika.

Liputan6.com, Palu - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, bekerja sama dengan Loka Suara Project akan menggelar Sigi Sacred Arts Festival di Matantinali, Desa Wayu, Kecamatan Marawola Barat pada 7-9 Maret mendatang.

Kepala Disbudpar Sigi, Dewi Cahya Abdullah, mengatakan Sigi Sacred Arts Festival digelar untuk memeriahkan kegiatan terkait Gerhana Matahari Total (GMT) pada 9 Maret mendatang. GMT akan berlangsung di Sigi selama 2 menit 43 detik.

"Selain itu juga akan digelar beberapa kegiatan lain seperti pekan budaya Sigi di Desa Pakuli, Kecamatan Dolo Barat," kata Dewi saat konferensi pers di Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palu, Kamis (11/2/2016).

Dia mengatakan persiapan untuk Sigi Sacred Arts Festival sudah mencapai 60 persen. Semua tamu luar negeri nantinya akan menginap di Matantimali dan beberapa penginapan lainnya di Sigi.


Dalam kegiatan tersebut, Disbudpar tidak menggunakan sponsor dari pihak mana pun. Kegiatan itu hanya menggunakan dana APBD Sigi.

"Kalau ada bantuan dari kementerian kami sangat berterima kasih, karena ini adalah fenomena langka. Kami juga berterima kasih dengan Loka Suara Project yang sudah mau bekerjasama," kata Dewi.

Direktur Loka Suara Project Franki Raden menambahkan dalam festival tersebut nantinya akan ditampilkan pertunjukan musik, ritual yoga dance, dan camping workshop.

"Festival ini akan menjadi festival musik ritual pertama di dunia," kata dia.

Pesertanya dari Indonesia, Belanda, Australia, Amerika, India, Cina, Afrika, Korea, Uzbekistan, dan Afrika. Termasuk pemusik lokal di Palu dan Sigi turut tampil dalam festival nanti.

Sejumlah peserta dari luar negara akan tiba di Palu dan langsung ke Matantimali pada 6 Maret. Sudah hampir semua peserta menyatakan kesiapannya.