Liputan6.com, Balikpapan - Lubang-lubang bekas tambang batu bara di Kalimantan Timur membahayakan warga. Kecelakaan di lubang bisa sampai merenggut nyawa.
Korban tewas tenggelam dalam lubang tambang batu bara terjadi pula di Kabupaten Penajam, Paser Utara, Kalimantan Timur. Untuk pertama kalinya, lubang bekas galian tambang memakan korban di kabupaten termuda Kaltim itu.
"Sekarang korban tenggelam juga terjadi di Kabupaten Penajam," kata Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, Merah Johansyah, di Balikpapan, Rabu (17/2/2016).
Merah menyebutkan korban tewas adalah Agus Irawan (20), warga Desa Buluminung, Kabupaten Penajam Paser Utara. Korban ditemukan tewas di dalam lubang bekas tambang batu bara pada 12 Februari 2016 lalu.
"Korban tenggelam saat berenang bersama teman temannya," kata Merah.
Pencarian korban dilakukan Kepolisian dan Tim Taruna Siaga Bencana (TAGANA) dibantu warga setempat. Mereka mencari sampai dasar lubang tambang. Keluarga serta warga menemukan jasad korban di lubang tambang yang berkedalaman 8 meter.
Baca Juga
Lubang bekas tambang batu bara maut, kata Merah, banyak ditemukan di wilayah Kaltim. Dia mencatat sudah terjadi 19 kasus korban tewas tenggelam di lubang bekas tambang batu bara Kaltim.
"Sebelumnya korban tewas tenggelam terjadi di Samarinda dan Kutai Kartanegara. Pertama kalinya korban ke-20 terjadi di Penajam," ujar Merah.
Merah menyatakan Kabupaten Penajam merupakan salah satu daerah di Kaltim yang terhitung jor-joran dalam pemberian izin usaha pertambangan di wilayahnya.
Dua daerah lainnya, yakni Samarinda dan Kutai Kartanegara, menjadi yang paling dominan dalam penerbitan izin pertambangan.
Lubang tambang itu sudah ditinggalkan PT Bumi Energy Kaltim sejak 2010 lalu. Warga bisa mudah mengakses area bekas tambang itu karena tidak adanya pagar pembatas. Â
"Warga sudah meminta perusahaan untuk menutup lubangnya, namun tidak diindahkan," papar Merah.
Warga sejak semula sudah mengkhawatirkan keberadaan lubang bekas tambang yang hanya berjarak 350 meter dari pemukiman masyarakat. Perusahaan juga tidak berinisiatif membangun pagar penghalang guna membatasi akses masyarakat.
Jatam juga menemukan air lubang tambang ini level keasamannya jauh di bawah standar konsumsi manusia yakni pH 3,76. Air beracun itu juga diduga dimanfaatkan sebagai bahan pengolahan kelapa sawit.
Advertisement