Sukses

Cerita Muka Arang Saat Gerhana Matahari Total di Palembang

Kini, warga Palembang sudah tidak takut lagi melihat Gerhana Matahari Total secara langsung.

Liputan6.com, Palembang - Saat terjadi Gerhana Matahari Total (GMT), ternyata ada beberapa tradisi yang biasa dilakoni warga Palembang, Sumatera Selatan. Mulai dari menghitamkan wajah menggunakan arang hingga ibu hamil sembunyi di bawah ranjang.

Namun sepertinya, penyambutan Gerhana Matahari Total di Palembang tidak akan menggunakan tradisi tersebut. Bahkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel memanfaatkan momen ini untuk promosi wisata ke internasional.

Menurut sejarawan Sumsel RM Ali Hanafiah, tradisi seperti itu tidak dilaksanakan lagi. Kini, warga sudah tidak takut lagi melihat Gerhana Matahari Total secara langsung.

"Kalau sekarang, GMT dijadikan pusat wisata, baik oleh pemerintah maupun warga sekitar. Tidak seperti dulu, ada banyak pantangannya agar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan," ucap Ali kepada Liputan6.com, Sabtu (20/2/2016).

Wajah Menghitam

Tradisi dulu, imbuh Ali, para orangtua harus mengoleskan arang hitam yang telah dihaluskan ke wajah anak-anaknya. Tradisi ini dilakukan setan yang akan keluar saat Gerhana Matahari Total, tidak akan mengganggu anak-anak yang sudah bermuka hitam.

"Menurut keyakinan, jika sudah melihat wajah anak-anak menghitam, setan tersebut akan berpikiran kalau anak-anak sudah menjadi setan," tutur Ali.

Lalu untuk ibu hamil, harus bersembunyi di bawah ranjang. Menurut Ali, hal ini dilakukan agar ibu selamat dari gangguan setan dan tidak terjadi apa-apa dengan janin yang dikandungnya.

"Kalau tahun 1983 saat Gerhana Matahari Total berlangsung, euforianya tidak seperti ini. Bahkan para warga ketakutan. Hal berbeda dengan persiapan GMT sekarang yang heboh," ujar Ali.

Jembatan Ampera Ditutup

Selain itu, penutupan Jembatan Ampera untuk bisa menikmati pemandangan Gerhana Matahari Total juga tidak pernah dilakukan sebelumnya. Barulah pada 2016 ini, momen penutupan Jembatan Ampera terlama akan dilakukan.

"Sejak berdiri hingga sekarang, Jembatan Ampera belum pernah ditutup selama 12 jam. Baru sekarang akan dilaksanakan. Tapi warga masih bisa melintas jembatan, kalau berjalan kaki. Kalau GMT 1983 dulu, aktivitas di Jembatan Ampera seperti biasa," beber Ali.

Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumsel Irene Camelyn Sinaga mengatakan, penutupan akses Jembatan Ampera untuk melihat GMT tidak akan berlangsung 12 jam penuh.

Irene mengatakan, penutupan pada pukul 00.00 WIB pada 9 Maret 2016 dilakukan untuk mempermudah mengangkut barang-barang stan yang akan dibuka di atas Jembatan Ampera.

"Namun, GMT kan diperkirakan muncul pada pukul 06.20 WIB, jadi kita usahakan tidak akan sampai pukul 12.00 WIB baru dibuka. Jika sudah selesai semuanya, akan sesegera dibuka," Irene menjelaskan.