Sukses

Kedai Kopi Tua di Bali, 'Aromanya' Sampai Luar Negeri

Saking nikmatnya kopi-kopi di sana, seorang pelanggan Australia datang membeli 1 koper bubuk minuman itu untuk dibawa ke negaranya.

Liputan6.com, Denpasar - Di antara bangunan tua peninggalan Belanda di Bali berdirilah sebuah kedai kopi yang sudah ada sejak 1935. Kedai kopi yang bernama Bhineka Djaja itu berada di kawasan pasar terbesar se-Bali, Pasar Badung.

Kedai itu selalu ramai dikunjungi penikmat kopi. Made Punia, salah satu pegawai yang sejak tahun 1990 bekerja di kedai itu, mengatakan banyak sekali pelanggan yang datang setiap hari.

Mulai dari penduduk lokal, pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan mancanegara.

"Kedai kopi ini dibuka sejak 1935. Banyak pelanggan kita yang datang setiap hari. Dari warga lokal bahkan mancanegara," kata Punia kepada Liputan6.com di Denpasar, Senin (22/2/2016).

Menurut Punia, Bhineka Djaja mulai menyediakan kopi langsung minum di tempat sejak 1997. Sebelumnya kedai itu hanya menjual bahan kopi saja.

Satu Koper Kopi

Saking nikmatnya kopi-kopi di sana, seorang pelanggan Australia datang membeli 1 koper bubuk minuman itu untuk dibawa ke negaranya. Punia bercerita, jika persediaan sang turis habis, dia akan kembali ke Indonesia untuk membeli kopi itu lagi.

"Kalau untuk bisa minum di tempat baru dibuka sejak 1997. Ada pelanggan kita dari Australia setiap ke Bali pasti dia sempatin ke sini. Dia juga beli kopi bubuknya untuk dibawa ke negaranya. Dulu pernah satu tas pakaian itu dia beli," ujar Punia.

Dia melanjutkan, pengunjung yang datang ke kedainya itu kebanyakan memesan kopi dari Bali, mulai dari Bali Gold, Kintamani, hingga Luwak.

"Pengunjung yang ke sini mayoritas memesan kopi jenis Bali Gold. Untuk satu gelasnya Rp 8 ribu. Kopi jenis lainnya juga banyak dipesan. Kalau kopi Luwak Rp 100 ribu per gelas. Banyak juga yang pesan," tutur pria dua anak tersebut.

Saking nikmatnya kopi-kopi di sana, seorang pelanggan Australia datang membeli 1 koper bubuk minuman itu untuk dibawa ke negaranya. (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Punia bercerita, di kedai tempatnya jualan tak sedikit pelanggan setia yang sudah puluhan tahun ngopi di tempat itu.

"Ada yang sudah 15 tahun, ada juga yang 20 tahun dan masih setia hampir setiap hari ke sini untuk ngopi," kata dia.

Yang unik adalah saat Punia berjalan dari dalam kedai menuju luar sambil membawa gelas dari alumunium yang dipukul-pukul menggunakan sendok. Itu menandakan bahwa waktu menikmati cangkir-cangkir kopi Bali sudah habis.

Ketika mendengar bunyi itu, pengunjung yang masih asyik menikmati suasana protes secara bersamaan, 'Yaaaaaaahhh, kok tutup sih?'

Sementara Punia cuma bisa cengar-cengir, "Waktunya closing. Besok datang lagi ya," ujar Punia sambil tertawa kecil.

Tertarik menyeruput kopi di sini? Kedai ini buka sejak pukul 09.00-16.00 Wita, dari Senin hingga Sabtu.