Liputan6.com, Manado - Ribuan warga Manado memadati pusat kota tepatnya kompleks Pecinan, Senin 22 Februari kemarin. Meski diguyur hujan, warga tetap bertahan menyaksikan prosesi Cap Go Meh.
Perayaan puncak imlek ini tidak hanya menjadi milik warga Tionghoa saja, karena perayaan Cap Go Meh kali dimeriahkan dengan perpaduan etnis dan budaya kental dalam kegiatan ini.
Tarian Kabasaran ikut memeriahkan hajatan tahunan tersebut, termasuk juga musik bambu. Kemudian, barongsai yang berasal dari setiap klenteng ikut serta 'dimainkan' warga yang bukan saja berasal dari etnis Tionghoa namun dari Minahasa, Sangihe dan Gorontalo.
Â
Baca Juga
Selain perpaduan dalam seni budaya, Cap Go Meh juga ikut dikawal ratusan Banser NU.
"Ini benar-benar menunjukan Sulawesi Utara yang menghormati kemajemukan," ujar Gubernur Sulut, Olly Dondokambey didampingi Ketua DPRD Sulut, Andrei Angouw.
Prosesi Cap Go Meh yang berlangsung sekitar 3 jam itu dimulai dari Klenteng Ban Hing Kiong dan melewati rute di seputaran pusat kota Manado.
Sedikitnya 13 tangsin unjuk aksi mereka yang memukau puluhan ribuan warga Manado serta turis asal Tiongkok yang datang khusus untuk merayakan Imlek dan Cap Go Meh di Manado