Sukses

Akhir Tragis 'Adopsi' Bocah Cantik Angeline

Sejak sebulan hilang, bocah Angeline ditemukan dalam kondisi tewas. Jasadnya ditemukan dalam kondisi tertekuk sambil memeluk boneka barbie.

Liputan6.com, Denpasar - Suasana bahagia menyelimuti hati pasangan suami istri Rosidik dan Hamidah pada 19 Mei 2007 silam. Di sebuah klinik di daerah Tebu Beneng, Canggu, Kuta, Bali, Hamidah melahirkan putri cantiknya dengan berat 3 kilogram.

Namun keceriaan itu luruh tatkala keduanya harus memikirkan biaya persalinan. Dana sebesar Rp 1,8 juta itu dirasa berat bagi kepala keluarga, Rosidik untuk membawa sang buah hati ke rumah. Ia yang tinggal di sebuah kosan hanya berprofesi sebagai buruh serabutan.

Atas saran tetangga kosnya, Rosidik dipertemukan oleh Margriet Megawe yang siap mengadopsi bocah ayu tersebut. Selanjutnya sejumlah perjanjian pun diteken keduanya dengan imbalan dana sebesar Rp 1,8 juta. Di antara perjanjian itu disepakati orangtua kandung tidak diperkenankan bertemu anaknya sebelum dewasa. 

Setelah memberi uang ke Rosidik, Margriet langsung memboyong bayi itu ke rumahnya. Sang ibu kandung hanya berkesempatan menimang-nimang buah hatinya selama 3 hari. Tentu sang ibu merasakan kesedihan.

Lantaran belum memiliki nama, disematkan kepada bocah tersebut nama Angeline Margriet Megawe. Nama itu diambil dari nama ibu kandung Margriet dan juga nama lengkapnya. Selanjutnya di tengah keluarga Margriet, bocah yang akrab disapa Angeline itu tumbuh besar dan bersekolah.

Namun kehidupan nestapa mulai dirasakannya saat memasuki usia sekolah dasar. Dia kerap menerima kemarahan Margriet bila jika salah dalam menyelesaikan tugas rumah.

"Kalau Angeline disuruh ngepel rumah mungkin ada yang terlewat dan tidak bersih Margriet marah-marah ke Angeline. Kamu jangan jadi pendusta, penipu," kata Franky A Marinka, menirukan teriakan Margriet.

Franky merupakan orang yang pernah tinggal di rumah Margriet beberapa bulan dan menyaksikan keseharian Angeline.

2 dari 3 halaman

'Keganasan' Margriet

Hal senada diungkapkan Rahmat Handono dan Susiani, pasangan suami istri penghuni kos di rumah Margriet. Keduanya menceritakan 'keganasan' Margriet yang sering membentak dan memarahi Angeline jika dia telat memberi makan ayam, anjing dan kucing milik sang ibu angkat.

Kepiluan Angeline juga terlihat saat bersekolah. Masa belajarnya itu tak bisa dinikmati layaknya anak yang lain lantaran ia tak diurus oleh orangtua angkatnya.

Wali kelas Angeline, Putu Sri Wijayanti mengaku pernah memandikan tubuh mungil Angeline. Saat itu, ia menemukan banyak luka lebam yang sudah membiru. Dia pun juga pernah menyuapi Angeline lantaran belum makan.

"Saya pernah memandikan dia di sekolah. Kasihan, badannya kotor," ucap Putu Sri Wijayanti.

Klimaks kehidupan tragis Angeline terjadi saat bocah bertubuh kurus itu dikabarkan hilang saat bermain di halaman rumahnya, pada Sabtu 16 Mei 2015. Tepat 3 hari sebelum ulang tahunnya.

Kabar itu terus menyebar melalui media sosial. Bahkan sejumlah lembaga swadaya masyarakat lokal dan asing yakni Yayasan Sahabat Bali dan "Savechildhoods" yang berkedudukan di Inggris juga turut mencari bocah itu.

Beberapa komunitas masyarakat mulai dari ibu-ibu warga negara asing, turis mancanegara, pecinta motor gede, hingga teman-teman sekolah Angeline ikut bergabung menjadi sukarelawan menyebarkan brosur berisi foto dan identitas bocah berambut panjang itu.

Bahkan beberapa menteri mendatangi rumah yang ditinggal Angeline. Di antaranya Menteri Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, Menteri Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi.‎

Namun Margriet tidak berniat menemui para menteri negara itu.‎ Bahkan, kedatangan para menteri itu mendapat usiran dari penjaga rumah atas perintah pemilik rumah.

3 dari 3 halaman

Ditemukan Tertekuk

Setelah dicari hampir sebulan, Angeline akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di belakang rumah Margriet, di Jalan Sedap Malam Nomor 26 Sanur, Bali, pada Rabu pagi, 10 Juni 2015. Jasadnya ditemukan dalam posisi ditekuk sambil memeluk sebuah boneka barbie. Penemuann jasad Angeline itu berkat langkah polisi yang menggali gundukan tanah di dekat pohon pisang.

Temuan jasad Angeline membuat gempar warga sekitar yang mendatangi lokasi. Begitu juga para guru dan teman-teman Angeline yang tak kuasa menahan tangis, ketika tubuh gadis cilik itu dimasukkan kantung mayat di mobil jenazah.

Setelah hampir 2 jam proses evakuasi, selanjutnya jasad Angeline dibawa ke RSUD Sanglah untuk proses autopsi.

"Kami menemukan ada kekerasan pada tubuh korban yang utamanya di daerah wajah dan leher berupa kekerasan tumpul," kata dr Ida Bagus Putu Alit, tim dokter forensik RSUP Sanglah.

Atas temuan tim dokter forensik RSUP Sanglah, polisi langsung melakukan penyelidikan dengan menggelar olah TKP di kediaman Margriet. Tak lama olah TKP digelar, polisi menetapkan pembantu Margriet, Agus Tay sebagai tersangka pembunuhan yang bertugas membantu Margriet menghabisi nyawa bocah kelas 2 SD tersebut.

Dari situ, polisi mengembangkan penyelidikan untuk mengungkap dalang pembunuhan keji tersebut. Setelah mengumpulkan bukti, polisi akhirnya menetapkan Margriet sebagai tersangka dalam kasus penelantaran anak. Namun begitu, tak lama berselang, Margriet pun menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan. Ia disangkakan menjadi dalang pembunuhan terhadap Angeline.