Liputan6.com, Makassar - Terumbu karang di perairan Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan memutih secara massal. Pemutihan karang tersebut karena adanya perubahan cuaca, yaitu air laut mengalami suhu panas sehingga berdampak mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang dan fatalnya akan mati.
"Ini penyebabnya karena perubahan iklim alam sehingga, kita tak bisa berbuat apa apa untuk itu. Tapi tetap upaya lain yang kita lakukan yakni menekan angka illegal fishing yang juga berdampak merusak kelestarian habitat bawah laut seperti terumbu karang," ujar Kepala Bagian Program Dinas Kelautan Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Yusli kepada Liputan6.com , Jumat (11/3/2016).
Yusli menuturkan, aksi illegal fishing itu sangat berpengaruh karena jika pelaku bom ikan melemparkan bom ke bawah laut untuk menangkap ikan tentu percikan bom dan suara yang dikeluarkan akan membuat mati terumbu karang yang perlahan lebih dahulu terumbu karang itu akan stres.
Baca Juga
"Terumbu karang itu kan jenis hewan dia hidup, kalau terdengar suara bom dan terkena percikan bom perlahan akan stres dan mengganggu perkembangannya selanjutnya akan mati " ujar Yusli.
Hingga saat ini, kata dia, pihaknya telah bekerjasama dengan polisi untuk mengawasi aksi illegal fishing di wilayah perairan Bulukumba, Sulsel.
"Sudah banyak yang tertangkap dan saat ini aksi illegal fishing mulai berkurang namun kita tetap memperketat pengawasan," kata Yusli.
Pemutihan Terumbu Karang
Peneliti dari Marine Science Diving Club Universitas Hasanuddin (MSDC UNHAS) menemukan adanya kejadian pemutihan karang atau coral bleaching secara massal di perairan Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel)
Kejadian ini ditemukan saat 5 peneliti MSDC UNHAS melakukan monitoring ekosistem terumbu karang di sekitar perairan Tanjung Bira dan perairan Pulau Liukang Loe Kabupaten Bulukumba, sejak Sabtu 5 Maret 2016 hingga Selasa 8 Maret 2016 kemarin.
Advertisement
Para peneliti yang melakukan monitoring yakni, Sumarjito, Nirwan Dessibali, Syamsu Rizal, Nugraha Maulana, dan Mochyudo Eka Prasetya memperkirakan, sekitar 50 persen terumbu karang di perairan Tanjung Bira dan perairan Pulau Liukang Loe mengalami pemutihan.
Menurut mereka hal ini terjadi karena meningkatnya suhu permukaan laut akibat perubahan iklim, sehingga polip karang kehilangan algae simbiotik zooxantela didalamnya, sehingga mengubah warna mereka menjadi putih.
Dugaan ini juga didasari dari rilis National Ocean Atmospheric Administration (NOAA) yang mengungkapkan bahwa sebagian wilayah Indonesia suhu air lautnya akan terus meningkat di atas rata-rata awal hingga petengahan tahun ini.
Saat terjadi pemutihan karang akan berpeluang mengalami kematian secara massal. Sebab, karang yang tidak mampu untuk bertahan hidup tanpa alga simbiotiknya dan melakukan pemulihan pasca memutih akan tertutupi oleh alga sehingga mengalami kematian.
Sebelumnya, NOOA telah merilis peta daerah yang akan dilalui pergerakan suhu panas permukaan laut di website http://coralreefwatch.noaa.gov/satellite/baa.php. NOOA membagi 5 kategori daerah yakni tidak terjadi bleaching, pemantauan bleacing, peringatan bleaching, siaga 1 bleaching dan siaga level 2 bleaching.
Berdasakan peta tersebut, perairan Kabupaten Bulukumba masuk dalam kategori pemantauan bleaching. Namun, beberapa wilayah di Indonesia masuk dalam kategori siaga 1 bleaching dan siaga level 2 bleaching, termasuk Raja Ampat yang merupakan surga karang dunia.