Liputan6.com, Denpasar - Jika selama ini Anda menemukan sablon baju dari bahan kimia, di Bali terdapat usaha sablon baju berbahan alami. Aneka tumbuhan menjadi bahan dasarnya.
Adalah Wayan Hendra dan Gus Timbul, kakak beradik yang bereksperimen menemukan bahan baku sablon ramah lingkungan tersebut. Wayan Hendra menuturkan, penemuan ia dan kakaknya dimulai pada tahun 2005. Kala itu, ia mengaku prihatin dengan kondisi lingkungan di Kota Denpasar.
"Kalau kita ke Denpasar, Bali, maka air sungainya sudah mix dengan limbah sablon. Warna air sungainya seperti hijau kejinggaan," ucap Hendra kepada Liputan6.com, Rabu 16 Maret 2016.
Baca Juga
Baca Juga
Hendra mencoba menelusurinya. Limbah itu ternyata dari industri sablon di Kota Denpasar. "Rupanya itu pewarna dari kain pantai. Habitat ikannya mati."
Ia kemudian meyakini jika terdapat bahan sablon yang ramah lingkungan. "Leluhur kita pada zaman dahulu saja bisa buat buat batik tanpa zat kimia. Makanya saya coba berpikir dan bereksperimen."
Hendra kemudian bereksperimen menggunakan racikan dedaunan. "Kita racik dicampur tawas, kapur sirih dan getah pisang."
Temukan Racikan Pas
Hendra dan Timbul tak langsung menemukan bahan pas untuk sablonnya. Beberapa kali mencoba, mereka gagal. Hingga akhirnya usahanya membuahkan hasil. Mereka mendapatkan racikan pas untuk usaha sablon ramah lingkungannya.
Mereka menggunakan beberapa tumbuhan seperti daun mangga, kunyit, akar mengkudu, daun ketapang, daun sambiloto dan sejumlah dedaunan lainnya.
"Dari bahan itu kita menghasilkan beberapa macam warna, di antaranya merah, cokelat, biru, hijau kaki, hitam kecokelatan. Tapi karena bahan alami, maka tidak sekuat bahan kimia. Tapi efek lingkungannya bagus," papar Hendra.
Advertisement
Selain bahan dasar alami, Hendra kini tengah bereksperimen untuk dapat menjadikan baju hasil sablonnya memiliki efek bagi kesehatan. Bahan alami dari tumbuhan yang mayoritas rempah-rempah itu bahkan bisa digunakan untuk kesehatan. Tak hanya itu, uap dari hasil sablon bajunya menyatu dengan tubuh pengguna.
"Selain alami, uap bahan dasar menyatu dengan tubuh kita. Jadi, ini untuk kesehatan, seperti jamu. Selain ramah lingkungan produk kita lebih mengandung unsur kesehatan," terang dia.
Bersama kakaknya, Hendra kemudian memberi nama produk usahanya Gadgad Organic. "Baru Desember 2015 kemarin kita resmikan," beber dia.
Terkenal hingga AS
Meski terbilang baru, produk mereka sudah dikenal luas. "Ada yang pesan dari Yogyakarta, Bogor dan kota lainnya. Dari mancanegara ada dari Thailand, Amerika Serikat, Australia dan Tiongkok. Kita masih industri rumahan, belum ada toko," ungkap Hendra.
Hendra menjelaskan Gadgad Organic memiliki arti khusus. Gadgad merupakan nama kutu ayam. "Ayam itu kalau dia bertelur mengeluarkan gadgad. Gadgad itu membantu proses penetasan."
Yang lebih unik, setiap penjualan satu baju, Hendra berkomitmen akan menanam sebuah pohon. "Satu baju terjual kita siap tanam satu pohon."
"Di Bedugul sudah kita tanam 50 pohon dari 50 orang yang membeli baju kita. Masing-masing pohon kita beri nama pembeli," imbuh dia.
Adapun Gus Timbul menjelaskan, selain baju, mereka juga menjual goody back, kanvas dan kantong sampah daur ulang. Perawatan produk pun termasuk mudah.
"Hindari dari sinar matahari langsung saat pencucian. Gunakan deterjgn lembut, jangan disikat, hindari laundry karena obatnya keras. Cuci pakai tangan saja. Ada teman yang menyarankan dicuci pakai sampo. Kami menyarankan menggunakan deterjen organik, tapi masih mahal harganya," Timbul memungkasi.