Liputan6.com, Surabaya - Badan Narkotika Nasional (BNN) mengendus peredaran narkoba di kalangan santri. Para santri pemakai itu menganggap narkoba sebagai vitamin. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengimbau kepada seluruh tokoh agama dan pemangku pesantren untuk belajar mengetahui berbagai jenis narkotika.
Menurut dia, ini untuk mencegah agar para santri tidak tertipu dengan bujuk rayu pengedar narkoba. Selama ini, ketidakpahaman tentang narkoba yang membuat para santri salah persepsi, menganggap narkotika sebagai vitamin.
Dia mendapat informasi adanya santri di Jatim yang termakan rayuan pengedar setelah 4 kali dirayu.
"Pengedar menipu dengan mengatakan yang ditawarkan adalah vitamin agar kuat saat berzikir. Enggak mungkin pengedar bilang narkoba, pasti tidak mau si santri," tutur Khofifah kepada wartawan di SMA Khadijah Surabaya, Sabtu 19 Maret 2016.
Baca Juga
Menurut dia, ketidaktahuan kiai dan santri inilah yang digunakan bandar dan pengedar untuk berusaha keras memasukkan narkotika ke lingkungan santri. Apalagi, varian narkotika makin beragam dan ada yang diproduksi menyerupai obat biasa.
"Santri dan kiai mana tahu kalau itu narkoba jika bentuknya kapsul, namun isinya ternyata zat adiktif," imbuh Khofifah.
Dia menjelaskan, masuknya narkoba ke lingkungan pesantren harus dilihat sebagai kenyataan, bukan ditutup-tutupi. Dengan begitu pengelola pesantren bisa mengambil langkah waspada dini.
"Pengedar narkoba sepertinya berniat mengganggu kekuatan pesantren," kata Khofifah.
Dia menegaskan, sebetulnya, BNN sudah menggalakkan sosialisasi antinarkoba. Tapi bandar dan pengedar rupanya memiliki banyak strategi untuk memasarkan barang haramnya.
"Yang penting sekarang, kiai dan santri harus hati-hati dengan tipuan pengedar yang menawarkan vitamin tapi ternyata narkoba," pungkas Khofifah.
Sebelumnya, Kepala BNN Komisaris Jenderal Budi Waseso menyatakan adanya santri di Jatim yang tertipu pengedar sehingga mengkonsumsi pil ekstasi saat berzikir.