Sukses

Mau Makanan Bebas Kolesterol? Cicipi Docang Makanan Para Wali

Mau tahu seluk-beluk docang, makanan para wali? Simak ulasan ini.

Liputan6.com, Cirebon - Cirebon menjadi salah satu referensi para wisatawan bukan hanya banyaknya warisan sejarah dan budaya yang dibuktikan dengan keberadaan tiga keraton. Kuliner menjadi salah satu alasan pengunjung untuk panasnya daerah pantai utara Pulau Jawa atau pantura ini.

Ya, selain nasi jamblang, makanan docang memang menjadi salah satu daya tarik penikmat kuliner tradisional Cirebon. Bagaimana cara menyajikan docang agar menggoyang lidah?

Pertama, paduan lontong diiris kecil, ditaburi parutan kelapa muda, irisan daun singkong dicampur dengan toge yang telah direbus. Kemudian disiram kuah panas yang berisi dage (sejenis oncom) yang dihancurkan, sehingga mengapung di bagian atas kuah.

Sebelum disajikan, ditaburi kerupuk kecil-kecil berwarna putih, sehingga membuat rasa gurih semakin terasa di lidah.

Salah seorang penjual docang, Mang Taro mengatakan, nama docang merupakan singkatan dari kacang yang dibodo (dibacem) atau tempe bungkil. "Ini makanan, sehat bebas kolestrol, sayuran semua tidak pakai daging dan lemak jeroan," ucap Mang Taro di tengah kesibukannya melayani pembeli di Cirebon, Jawa Barat, Minggu 20 Maret 2016.

Usaha Turun-temurun

Menariknya, rata-rata penjual docang Cirebon merupakan usaha turun-temurun dari keluarga mereka. Makanan tersebut termasuk salah satu kuliner yang sudah melegenda di kalangan masyarakat Cirebon.

Seperti yang dilakukan oleh Mang Taro, dia mengaku sudah berjualan docang sejak tahun 1927. Mang Taro memakai sepeda Onthel-nya menjadi bagian dari usahanya berjualan docang.

Lelaki yang tinggal di kawasan Tegalsari, Plered, Cirebon tersebut rela mengayuh sepeda tuanya dari rumah tempat jualan yang sudah turun-temurun itu di Jalan Karanggetas Gang Rotan I, Kota Cirebon.

"Selain menjalankan usaha turun-temurun, saya juga mempertahankan tradisi keluarga dengan mengayuh sepeda Onthel agar nuansanya tidak berubah," sebut dia sembari mengenakan kemeja kotak-kotak merah ala Jokowi dipadukan topi bundar di kepalanya.

Kesukaan Wali Songo

Menariknya, kuliner tradisional ini merupakan makanan kesukaan para wali atau wali songo, penyebar agama Islam di Pulau Jawa dan Nusantara. Sembari melayani pembeli, Mang Taro pun dengan bangga menceritakan sejarah docang kepada Liputan6.com.

Ia menceritakan, saat itu ada seorang pangeran yang sangat membenci para wali karena menyebarkan agama Islam di pelosok Jawa. Pangeran itu berencana untuk meracuni para wali.

"Pangeran itu membuat jenis makanan baru dari sisa-sisa makanan para Sultan yang tidak habis. Makanan itu dia hidangkan ke para wali yang sedang berkumpul di Masjid Agung Keraton Cirebon. Ajaibnya, racun yang dicampurkan ke dalam docang itu tidak berpengaruh. Bahkan, setelah memakan docang itu, para wali justru menyukai masakan  tersebut," Mang Taro menuturkan.

Dari cerita tersebut, docang menjadi makanan asli Kota Cirebon karena dikenal sebagai makanannya para wali.

"Apalagi kalau menjelang puasa dan Maulid Nabi Muhammad SAW, pedagang docang pasti banyak kumpul di sekitar Masjid Agung, dan keraton, karena sejak dulu tradisinya sudah seperti itu," Mang Taro memungkasi.