Sukses

Di Pemandian Ini Ken Arok Suka Mengintip Ken Dedes

Petirtaan Watugede ini situs penting dan sakral. Dahulu berderet arca yang mengalirkan air dari sumber ke dalam petirtaan.

Liputan6.com, Malang - Semilir angin nan sejuk seakan menyambut siapa pun yang bertandang ke Petirtaan Watugede di Desa Watugede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Petirtaan atau kolam pemandian ini adalah satu di antara sejumlah petirtaan yang bertebaran di daerah Singosari. Namun, ada sebuah cerita di Petirtaan Watugede yang membuatnya sangat istimewa.

Di tempat itu Ken Arok kali pertama bertemu Ken Dedes, yang dianggap sebagai perempuan yang melahirkan raja-raja besar di Tanah Jawa, khususnya Kerajaan Singasari dan Majapahit dari Dinasti Rajasa.
 
Sejarawan Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono mengatakan, Petirtaan Watugede pada masa lampau dalam Kitab Pararaton disebut dengan Petirtaan Baboji dan dipercaya sebagai Tamansari Ken Dedes.

"Ini petirtaan khusus untuk mandi Ken Dedes dengan ditemani para dayang. Di petirtaan ini pula kali pertama terjadi perjumpaan Ken Arok dan Ken Dedes," kata Dwi Cahyono, Senin (21/3/2016).
 
Dwi menceritakan, suatu hari Akuwu Tunggul Ametung dan Ken Dedes yang hamil muda datang ke petirtaan tersebut naik pedati. Ken Arok saat itu adalah seorang prajurit yang berjaga di petirtaan.

Saat turun dari pedati, Ken Dedes menjulurkan kaki lebih dahulu dan membuat kain wiru atau belahan kainnya tersingkap.
 
Saat itulah tersingkap rahsanya atau dalam istilah lain disebut wawati atau organ kewanitaan Ken Dedes. Ken Arok juga melihat itu sebagai mudyar hamurup atau pancaran cahaya.

Karena terpesona dengan kecantikan sekaligus penasaran dengan Ken Dedes, Ken Arok lalu membunuh Akuwu Tunggul Ametung dan memperistri Ken Dedes untuk kemudian mendirikan Kerajaan Singasari.
 
"Petirtaan Watugede ini situs penting dan sakral. Dahulu, berderet arca yang mengalirkan air dari sumber ke dalam petirtaan. Tapi kini hanya sisa sebuah arca saja," Dwi Cahyono menandaskan.
 
Air di Petirtaan Watugede berasal dari sumber air yang ada di bawah sebuah pohon besar di salah satu sudut petirtaan itu. Air kemudian dialirkan ke dalam kolam melalui arca. Di dasar kolam diperkirakan masih ada relief padma, lambang para dewa.