Sukses

Rahasia Laris Sate Babi Ketut Kantor, Sehari Laku 1.400 Tusuk

Ketut Kantor mengaku percaya salah satu faktor yang membuat sate babinya dikenal dan laku karena faktor bumbunya.

Liputan6.com, Jembrana - Olahan kuliner daging babi ternyata memiliki penikmat dan pelanggan tersendiri, terutama di Pulau Bali. Terbukti, Sate Babi Ketut Kantor di Pasar Senggol Yehembang dalam sehari laku 1.400 tusuk sate.

Ketut Kantor mengungkapkan rahasia kelezatan sate babi dagangannya ada pada racikan bumbu. Selain bahan baku bumbu yang wajib segar, Ketut juga memilik trik spesial dalam meracik bumbu sate.

"Ya namanya orang jualan. Kalaupun satenya laku banyak, ya kebetulan Tuhan lagi kasih rezeki banyak," ujar Ketut saat ditemui di rumahnya di Banjar Bale Agung, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali, Senin (28/3/2016).

Ketut Kantor mengaku percaya salah satu faktor yang membuat sate babinya dikenal dan laku karena faktor bumbunya.

"Jika bumbunya kurang lengkap atau sedikit berkurang, otomatis makanannya kurang enak. Nah kalau kurang enak siapa yang mau beli," kata dia.

Ketut Kantor mengaku menggunakan Base Gede atau bumbu lengkap dengan takaran masing-masing rempah yang pas. Bumbu yang sudah sesuai takaran ini kemudian ditumbuk dengan halus dan digoreng hingga harum.

Bukan hanya itu dalam sate babinya, dia juga melumuri minyak goreng dan kecap. Dengan begitu, konsumen bisa enak menikmati sate olahannya.

"Ada campuran minyak goreng, dan hal penting juga kita sangat menjaga kebersihan," ujar Ketut sambil mengiris-iris daging babi yang akan digunakan untuk sate.

Tiap hari, dia berjualan sate babi itu bersama istrinya dan selalu habis terjual.

Untuk modal per harinya, dia biasa mengeluarkan dana Rp 800 ribu dengan perincian pembelian daging babi sebanyak tujuh kilogram. Per kilogram daging bisa menjadi 200 tusuk. Untuk bumbu, Ketut mengalokasikan Rp 200 ribu.

Dari tujuh kilogram daging tersebut, Ketut pilih lemaknya dan dagingnya untuk diiris kecil-kecil dan ditusuk menjadi sate. Sedangkan, tulang dan daging kerasnya diolahnya menjadi sup.

"Satu tusuk sate isinya empat irisan daging, kami jual Rp 10 ribu untuk sepuluh tusuk tanpa nasi atau lontong,"‎ terang Ketut.

Kantor dan istrinya berjualan sate di Pasar Senggol Yehembang mulai pukul 14.00 Wita hingga pukul 22.00 Wita. Jika ada hiburan rakyat di desa-desa lain, dia juga kerap berjualan di tempat hiburan rakyat tersebut.

"Tapi kalau hujan, pastilah sate kami tidak habis terjual. Tapi kalau tidak hujan pasti habis," tutup Ketut Kantor.