Liputan6.com, Muratara - Banjir akibat hujan deras sepanjang malam yang mengguyur Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan memmbuat tujuh jembatan akses warga terputus. Banjir juga menghanyutkan dua rumah warga.
Ketinggian air bahkan terus bertambah sejak Selasa (29/3/2016) pagi tadi sekitar pukul 08.00 WIB. Kondisi banjir ini jelas kian mencemaskan warga yang tinggal di aliran sungai.
Banjir akibat meluapnya Sungai Rupit sejak hujan mengguyur pada Senin dini hari kemarin. Tingginya sampai sekitar tiga meter dari permukaan sungai hingga menyentuh jembatan.
Jembatan putus atau rusak di antaranya berada di wilayah Desa Suka Menang, jembatan gantung di Desa Muara Tiku, dan jembatan Kelurahan Karang Jaya, Kecamatan Karang Jaya.
Selain itu, jembatan gantung Desa Noman, Batu Gajah, dan jembatan di Desa Maur, Kecamatan Rupit, serta jembatan gantung di Desa Lesung Batu, Kecamatan Rawas Ulu.
Baca Juga
Menurut Indra, seorang warga Desa Noman Baru, Kecamatan Rupit, tiga jembatan gantung di Desa Noman, Batu Gajah dan Maur mengalami putus total. Warga di desanya sempat membunyikan kentongan kayu tanda bahaya untuk mengevakuasi warga yang berada di aliran Sungai Rupit tersebut.
"Kami para warga diminta menjauhi sungai. Airnya deras, jembatan putus. Kami tak bisa kemana-mana," ucap pemuda berusia 24 tahun tersebut.
Meski demikian, sejumlah warga masih bertahan di rumah menunggui harta benda mereka. Menurut Sekretaris Kecamatan Karang Jaya, Makmun Habib yang dihubungi Liputan6.com, ada dua jembatan gantung yang mengalami kerusakan parah di wilayahnya.
Satu jembatan permanen tidak bisa lagi digunakan warga untuk melintas, sementara satu rumah warga hanyut terseret aliran sungai. "Kalau di sini ada empat desa yang terisolir. Masyarakat tidak dapat lagi beraktivitas berkebun dan bertani seperti biasa," ujar Makmun.
Ia menambahkan, pihak kecamatan masih menunggu bantuan pemerintah kabupaten untuk membentuk posko bantuan dan kesehatan di lokasi menunggu air surut.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Muratara Hendriyansyah yang dikonfirmasi secara terpisah memperkirakan jumlah jembatan putus dapat bertambah. Terutama, bila debit air tak kunjung surut. Belum lagi, derasnya air sungai yang menggerus landasan jembatan baik permanen maupun jembatan gantung.
"Kami masih mengumpulkan data di lapangan. Saat ini, ada tiga dari jembatan-jembatan tersebut yang benar-benar tidak dapat digunakan. Namun bisa bertambah karena air mengalir membawa serta pohon yang tumbang," beber Makmun Habib.