Liputan6.com, Pekanbaru - Angelika Boru Pardede (11) dipastikan meninggal dunia setelah hilang pada Rabu, 9 Maret 2016. Kepergian Angelika meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, termasuk sang ayah, Salomon Pardede (41).
Salomon menuturkan, pagi sebelum Angelika hilang, ia bersiap untuk berangkat ke tempat kerjanya sebagai penggali sumur dari rumahnya di Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau. Baru beberapa meter melangkah, ia menoleh ke belakang. Di situ tepat berdiri Angelika.
Tiba-tiba perasaannya tak karuan. Ia memiliki firasat tak enak tentang Angelika. Ia mendadak takut tidak akan berjumpa lagi dengan sang anak sulung. Â
"Sempat beberapa kali saya menoleh ke belakang melihat anak (Angelika). Dalam hati, saya mengatakan apakah nanti bisa bertemu lagi dengan anak saya," kata Salomon, Selasa, 29 Maret 2016.
Menurut Salomon, dia berangkat dari rumahnya meninggalkan Angelika bersama dua anak lainnya saat gerhana matahari berlangsung. Saat ditinggalkan, Angelika dan dua adiknya sedang bermain seperti biasa.
Baca Juga
Firasatnya akhirnya terbukti. Ketika pulang kerja di petang harinya, Salomon tidak bertemu dengan anak sulungnya tersebut. Hingga malam, sang anak tetap juga tak pulang ke rumah.
"Adiknya Angelika sempat bilang bahwa kakaknya ini pamit meminjam buku ke rumah teman. Tapi, Angelika menurut adiknya, tidak menyebut minjam buku kemana dan sama siapa," tutur Salomon.
Pencarian dilakukan hingga akhirnya Salomon melapor ke polisi. Namun, laporan kehilangan itu sempat ditolak polisi dengan alasan belum 1x24 jam. Tak putus asa, Salomon kembali mencari anaknya dibantu tetangga.
"Ke polisi saya bilang, yang penting saya sudah kabarkan pak bahwa anak saya hilang. Tapi tetap juga polisi menyebut belum 1x24 jam," ujar Salomon.
Pencarian mulai menemukan titik terang setelah dua pekan berlalu, tepatnya pada 23 Maret 2016. Salomon mendapat kabar penemuan jasad yang tinggal kerangka. Melihat kondisi jasad itu, Salomon yakin jika itu adalah Angelika yang hilang.
"Itu anak saya. Saya berharap kepolisian segera mengungkap kasus ini. Biar ada ketenangan di hati saya," ucap Salomon.
Rajin Belajar
Nasi sudah jadi bubur. Anak yang dicari Salomon sudah tinggal tulang belulang. Meski begitu, ia mempertanyakan mengapa Angelika harus menjadi korban.
"Seandainya itu anak saya, apa salahnya?" kata Salomon.
Salomon bercerita, Angelika merupakan anak yang cekatan. Siswi kelas 5 SD itu disebutnya rajin sekolah walau kondisi ekonomi keluarga serba terbatas.
"Meski hidup kami kayak gini, dia rajin sekolah. Tidak pernah meninggalkan tugas dari sekolah," kata Salomon.
Ia juga menuturkan Angelika rajin membantu kedua orangtuanya setiap pulang sekolah. Ia bertugas menjaga kedua saudaranya masih kecil ketika Salomon dan istri berangkat mengais rezeki.
"Selalu menitipkan untuk menjaga adiknya sewaktu saya bekerja. Kadang anak-anak juga dijaga ibunya ketika saya pergi bekerja," ujar Salomon.
Hingga kini, Salomon masih bertanya kenapa hal ini terjadi pada anaknya. Ia juga tak menaruh curiga pada orang tertentu karena merasa tidak pernah memiliki musuh yang tega menganiaya anaknya.
Salomon hanya berharap penyidik Polda Riau yang mengambil alih kasus itu dari Polsek Siak Hulu segera menemukan penculik dan diduga telah membunuh anaknya.
"Mudah-mudahan polisi cepat mengungkap kasus ini," ucap Salomon.
Sebelumnya, kepolisian menemukan jasad Angelika setelah Salomon melaporkan kehilangan sejak dua pekan lalu. Menurut keterangan Bidang Dokter dan Kesehatan Polda Riau, jasad itu identik dengan Angelika setelah uji forensik dan mengumpulkan data antemortem.