Liputan6.com, Medan - Tim Polisi Kehutanan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (Polhut BBTHNL) nyaris menjadi korban penembakan saat menggelar patroli rutin di dalam kawasan TN Gunung Leuser. Mereka terlibat baku tembak dengan orang tak dikenal.
Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Stabat Sapto Aji Prabowo mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pada Kamis malam, 31 Maret 2016. Saat itu, tim patroli sedang membuat kamp di alur Sei Pinang, Hulu Sungai Besitang, Resort Sei Betung, Sumatera Utara.
Sekitar pukul 21.00 WIB, kata Sapto, tim melihat tiga orang menggunakan headlamp. Tim kemudian meminta mereka mematikan headlamp karena silau. Tiba-tiba, ketiga orang itu berteriak 'mainkan' lalu menembak sebanyak dua kali ke arah tim patroli yang dibalas tim dengan dua kali tembakan.
"Mereka kabur dan sempat menembak dua kali, ganti ditembak tim dua kali," kata Sapto, Selasa, 5 April 2016.
Baca Juga
Jarak baku tembak antara tim patroli dengan tiga orang tersebut sekitar 10 meter. Tembakan para pelaku mengenai pijakan tanah anggota patroli yang membawa senjata api. Namun, tidak ada korban dalam peristiwa tersebut.
Tim yang sudah berpatroli selama sembilan hari itu kemudian berpindah kamp dan berhasil mendapatkan sinyal untuk melapor ke Kantor BBTNGL di Medan. Tim itu merupakan satu dari lima tim yang berpatroli selama 10 hingga 14 hari setiap bulan.
"Kami kemudian turunkan tim back up untuk mencari tambahan bukti. Ditemukan tiga selongsong peluru, jenis belum dapat dipastikan. Hari ini akan melapor ke Polres Stabat," jelas Sapto. Â
Mengenai ciri-ciri pelaku, Sapto menyebut timnya belum menjelaskan secara detail. Lokasi kejadian merupakan hutan belantara, sekitar dua sampai tiga jam naik perahu dari tekong Pantai Buaya ke arah hulu.
"Cuma info dari pemilik perahu tentang siapa yang naik, kami sudah dapat. Dekat sungai, jalan kali sekitar enam sampai tujuh jam dari batas kawasan di Trenggulun," kata Sapto.
Atas peristiwa tersebut, Sapto berharap polisi bisa menginvestigasi dan terus menindaklanjuti.
"Ini bentuk teror ke petugas Taman Nasional," kata Sapto.