Liputan6.com, Buleleng - Hujan deras mengguyur Desa Tri Amerta, Buleleng, Bali. Sejumlah pohon bertumbangan. Bebatuan berbunyi seolah akan hanyut terbawa arus.
Mendengar bunyi angin dan air deras, warga mengira banjir bandang kembali terjadi. Mereka bersiap mengungsi meski hujan deras masih mengguyur. Menggunakan sepeda motor, mereka memaksa turun ke bawah meninggalkan rumah.
Polah mereka wajar. Warga di desa itu merupakan korban banjir bandang pada Januari lalu. Bekas banjir masih tampak lewat keberadaan sejumlah batang kayu dan batu besar yang berserakan di sekitar rumah. Jembatan yang putus pun baru dibuat seadanya.
Kepala Dusun Tri Amerta, Desa Penyabangan, Made Sukadana mengimbau warganya agar tetap tenang. Namun, sejumlah warga tak mau peristiwa nahas beberapa bulan lalu kembali terjadi. "Warga tenang, harap tenang," kata dia di hadapan ratusan warga, Senin, 11 April 2016.
Baca Juga
Imbauan itu tak dihiraukan. Mereka nekat turun ke bawah karena tak mau mengambil risiko hanyut gara-gara banjir bandang. Hanya sebagian kecil yang masih bertahan.
"Patokan saya batu besar itu. Kalau itu hanyut terbawa air, mari kita lari turun ke bawah," kata seorang warga bernama Nyoman Katos sambil bersiap di sepeda motornya.
Anggota Komisi IV DPR RI, Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra yang meninjau lokasi ikut bertahan. Ia mengatakan, hal utama yang mesti diberikan adalah menghilangkan trauma masyarakat.
"Kita paham bencana ini menimbulkan trauma hebat di masyarakat. Prioritas utama adalah menghilangkan trauma masyarakat, sembari memikirkan kembali penghidupan mereka yang rusak akibat banjir bandang," ucap lelaki yang akrab disapa Gus Adhi.
Gus Adhi mengatakan akan segera berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan untuk meneliti sumber air di wilayah ini. "Kalau sudah diketahui, maka kita dapat mengambil langkah tepat agar bencana tak terulang kembali," kata dia.