Liputan6.com, Poso - Operasi Tinombala di Poso sejak Januari 2016 berhasil mengepung Kelompok Santoso sehingga mereka makin terdesak.
Sampai saat ini, Operasi Tinombala telah menembak mati delapan orang angggota kelompok sipil bersenjata tersebut. Dan dua pelaku teror yang belum lama ini ditangkap hidup-hidup.
Saat keduanya hendak diinterogasi, mereka berteriak minta makan kepada petugas dan berjanji akan membongkar semua rahasia kelompoknya.
Advertisement
Berita ini menjadi berita terpopuler dan paling banyak menyita perhatian pembaca Liputan6.com, terutama di kanal Regional, Sabtu (16/4/2016).
Dua berita lainnya yang tak kalah menyedot perhatian adalah pacar ekstrem di Tomohon, Sulawesi Utara dan empat fase tarling Pantura.
Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional:
1. Syarat Buka Mulut, Pengikut Santoso Minta Makan
Tim Operasi Tinombala menangkap lagi dua orang anggota jaringan terorisme pimpinan Santoso alias Abu Wardah di sebuah tempat di Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso.
Kedua pelaku menjalani interogasi di salah satu ruang laborotorium lapangan oleh tim Operasi Tinombala dari Polri dan TNI.
Saat interogasi, keduanya minta petugas memberinya makan dahalu dan berjanji akan membongkar semua rahasia setelah makan.
"Kasih makan dulu saya Pak, nanti saya akan bongkar semuanya setelah makan," ucap seorang lelaki yang cukup jelas terdengar wartawan di luar ruangan pemeriksaan.
2. Pasar Ekstrem di Tomohon, Dicaci tapi Dicari
Tak seperti pasar tradisional biasa, pasar ini menjajakan sejumlah hewan liar sebagai menu dagangan khas.
Julukan pasar ekstrem pantas disematkan pada Pasar Beriman Tomohon, Sulawesi Utara. Daging ular piton yang masih lengkap dengan sisik lorengnya nampak bergantungan di beberapa lapak, daging kelelawar atau paniki hingga tikus ekor putih alias kawok.
Baik kawok maupun paniki dijual utuh, mulai dari kepala, sayap, kaki hingga ekor. Ada pula daging celeng atau babi hutan, anjing hingga kucing yang sudah di-blower hingga tidak tampak lagi bulunya.
Informasi yang dihimpun menyebutkan sejumlah binatang seperti babi hutan dan anjing didatangkan secara besar-besaran dari Gorontalo atau Palu. Sebab, stok di Kota Tomohon tidak mencukupi permintaan pasar.
3. 4 Fase Tarling Pantura, dari Gamelan hingga Irma Bule
Istilah tarling berasal kata dari gitar dan suling. Aliran musik jenis ini sangat dekat dengan masyarakat daerah pantai utara (pantura).
Budayawan Indramayu, Supali Kasim, menjelaskan fase pertama masuk dalam tahapan Tarling Klasik (1940-1970) di mana notasi musik Tarling Klasik berasal dari gamelan. Irama lagunya masih lambat dan tidak ada syair atau lirik lagu yang baku.
"Hanya kerangka lagunya saja tempo bisa sampai 4/8 tergantung suara gongnya. Musik tarling klasik ini mirip dengan musik-musik yang biasa dinyanyikan sinden," ucap Supali di Cirebon, Jumat (15/4/2016).
Di fase pertama ini, beberapa pelopor tarling klasik di antaranya Sugra (1940) dari Kelurahan Kepandean, Indramayu serta Jayana dari Karangampel, Indramayu.
Di fase kedua memasuki fase tarling Kiser Gancang (1960-1980). Di era ini, irama, lagu dalam musik tarling bernada nge-pop. Di fase kedua ini, musik tarling kiser gancang masih memakai notasi daerah yang berasal dari gamelan.
Lalu pada fase berapakah musik dangdut yang dibawakan Irma Bule?